Intisari-Online.com - Siapa sangka jika sebuah negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia seperti Venezuela kini harus terbiasa melihat warganya menangis saat melihat makanan yang dijual di rak-rak supermarket di Kolombia.
Wanita hamil, anak-anak, bahkan orang tua menyeberang masuk ke Kolombia pada Minggu (17/7) lalu, setelah perbatasan Kolombia dibuka untuk sementara waktu. Hal itu memungkinkan mereka untuk membeli bahan makanan dasar dan peralatan kebersihan yang saat ini jarang ditemukan di negara mereka.
Warga Venezuela sudah berminggu-minggu hidup tanpa bahan pangan dasar seperti susu, tepung, dan tisu toilet. Hal ini cukup menyedihkan, namun sudah menjadi pemandangan yang biasa di Venezuela sejak krisis menghantam negara tersebut. Padahal, Venezuela merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar dunia.
Pemerintah Kolombia memprediksi, sekitar 100.000 orang warga Venezuela menyebrangi perbatasan.
Berdasarkan proyeksi terbaru yang dirilis Badan Moneter Internasional (IMF) pada Rabu kemarin, ekonomi Venezuela diramal akan jatuh lebih dalam pada akhir tahun ini.
Prediksi IMF, ekonomi Venezuela akan mengerucut 10% pada tahun ini, lebih buruk dari estimasi sebelumnya yakni 8%. IMF juga mengestimasi, tingkat inflasi di Venezuela akan meroket hingga 700% tahun ini, naik dari prediksi sebelumnya sebesar 480%.
"Kondisi ekonomi Venezuela terus memburuk," kata Alejandro Werner, chief Latin America economist di IMF. Estimasi pertumbuhan dan inflasi itu merupakan yang terburuk di dunia.
Namun, itu hanyalah data dari puncak gunung es. Saat ini, Venezuela mengalami krisis kemanusiaan yang cukup parah. Banyak warga yang sekarat di rumah sakit yang minim peralatan. Selain itu, banyak warga yang harus hidup tanpa bahan pangan dasar.
Venezuela tidak mampu membayar barang-barang impor karena pemerintahannya kehabisan dana tunai setelah gagal menyusun anggaran, anggaran banyak digunakan pada program pemerintah yang tidak seharusnya, dan kurangnya investasi pada ladang minyak.
Sementara, presiden dari partai sosialis Nicolas Maduro tengah berupaya keras untuk melawan kelompok oposisi yang ingin melakukan impeachment terhadap dirinya.
Pada Januari lalu, Maduro menempatkan orang-orang terdekatnya di Mahkamah Tinggi untuk mencegah pimpinan oposisi mengesahkan perundang-undangan baru. Maduro juga menolak digelar referendum atas dirinya. Beberapa waktu belakangan, Kongres Venezuela berupaya untuk mengganti sejumlah hakim Mahkamah Tinggi dan menunjuk hakim yang baru.
Kondisi di Venezuela semakin tragis. Saat negara tersebut memiliki cadangan minyak yang cukup besar, namun, perusahaan minyak BUMN, PDVSA, malah bangkrut. Menurut data OPEC, produksi minyak negara tersebut turun ke posisi terendah dalam 13 tahun terakhir pada Juni lalu.
Cadangan devisa dan cadangan emas Venezuela juga kian menipis. Data bank sentral Venezuela menunjukkan, cadangan devisa Venezuela hanya tinggal AS$11,9 miliar. Dua tahun lalu, posisinya mencapai AS$20 miliar. Negara ini harus menjual cadangan emasnya ke Swiss pada tahun ini demi membayar utang-utangnya.
Outlook perekonomian Venezuela ke depan semakin buram. Pasalnya, Venezuela memiliki utang obligasi senilai AS$5 miliar yang jatuh tempo antara Oktober dan November. Banyak pengamat yang menilai, kemugkinan gagal bayar (default) Venezuela sangat tinggi.
(kontan.co.id)