Yang pertama saya lakukan ialah membeli sebuah meja dan kursi serta memasang telepon. Dengan modal tiga buah benda itu saya siap melakukan bisnis. Supaya bisa menghubungi orang-orang yang mungkin berminat membeli Delta-max memory cores saya, saya meminjam buku dari perpustakaan Harvard yang isinya alamat laboratorium-laboratorium penelitian industri maupun pemerintah dan tokoh-tokohnya. Secara cermat saya menghubungi mereka entah dengan telepon, entah dengan selebaran yang saya kirim dengan pos. Selebaran itu saya buat di percetakan kecil dekat kantor saya.
Saya mempunyai sejumlah kenalan di universitas-universitas berkat hasil penelitian saya di bidang cores dulu dan merekalah yang pertama saya hubungi. Banyak universitas dan pusat penelitian tertarik pada magnetic cores sebagai alat penyimpan informasi, jadi saya mengharapkan mereka memesan cores untuk dipakai dalam percobaan-percobaan.
Saya juga menulis surat kepada Departemen Perdagangan, meminta daftar yang mereka sebut sebagai REPs (requests for proposal) untuk kemungkinan ikut tender.
Saya juga mengembangkan gagasan-gagasan yang saya anggap berguna sebagai alat hitung digital yang bisa merekam, mencatat dan menunjukkan data. Pada masa itu belum ada alat-alat listrik, selain komputer, yang bisa menyimpan dan memanggil kembali data. Jadi saya pikir magnetic cores saya bisa dimanfaatkan untuk pelbagai alat.
Seperti di tempat kerja saya yang lalu, saya selalu mencatat kegiatan, ide-ide dan proyek saya. Semua itu saya tulis dalam bahasa Inggris. Saya mempunyai kebiasaan mencatat dan merundingkan bisnis maupun gagasan ilmiah dalam bahasa Inggris. Namun, berhitung dan berpikir tentang hal-hal lain saya lakukan dalam bahasa Cina.
Tiga minggu setelah membuka kantor, saya mulai menerima surat-surat jawaban. Saya menjual cores seharga AS$ 4 sebuah. Harga itu mahal sekali kalau dibandingkan dengan sekarang. Kalau datang pesanan empat cores saja sehari saya sudah sangat senang.
Rezeki nomplok dari Harvard
Karyawan pertama saya ialah seorang pemuda yang belajar seni periklanan di Boston University, Bob Gallo. Selain mengerjakan cores, Bob juga melayani tamu kalau saya sedang keluar.
Kemudian para tamu mulai banyak berdatangan. Bob yang waktu itu masih muda sekali terkesan ketika harus menghadapi para eksekutif dari perusahaan-perusahaan, para pejabat pemerintah dan bahkan para jenderal yang datang dikawal ajudan. la menyuguhkan kopi dan berusaha mengelakkan percakapan yang mengarah ke bisnis sambil menunggu saya datang. Bob pikir, perusahaan tempatnya bekerja rupanya tidak terlalu memble juga.
Gajinya waktu itu AS$ 55 sen sejam. Saya memintanya membuatkan logo kami yang pertama, sebab ia seniman. Logo itu selesai dalam waktu relatif singkat, kalau dihargai dengan uang cuma kurang dari AS$ 3. Padahal zaman sekarang logo sering dibayar puluhan bahkan ratusan ribu dolar, karena didesain berdasarkan penelitian. Logo itu kami pakai sampai hampir dua puluh tahun lamanya.
Pada bulan pertama saya memakai AS$ 200 uang tabungan saya. Berarti sisanya AS$ 400 lagi. Untunglah sebelum bulan itu berakhir, order mulai 'menetes' secara terus-menerus.
Beberapa bulan kemudian rezeki lain datang. Tahun 1950 Harvard mulai menerapkan dana pensiun bagi karyawannya. Ketika saya keluar pertengahan 1951, dana pensiun saya sudah berjumlah kira-kira AS$ 2.000. Harvard tidak mau mengurus jumlah uang yang tidak berarti itu selama jangka puluhan tahun, jadi mereka menyarankan kepada saya agar mengambilnya saja. Dengan senang hati saya melaksanakannya. Akibatnya uang saya bertambah. Saya pikir sedikitnya saya bisa bertahan setahun. Kalau setelah setahun perusahaan saya tidak bisa dipertahankan, saya bisa mencari pekerjaan.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR