Sebagai penasehat kuliner maskapai Garuda Indonesia, ia menetapkan menu-menu Nusantara sebagai menu wajib di setiap penerbangan nasional dan internasional. “Di economy class harus ada makanan taste of indonesia. Dengan persyaratan, bumbunya harus dari Indonesia. Jadi saya melatih katering-katering untuk airline menggunakan bumbu-bumbu dari Indonesia dengan bahan mereka.” Dengan cara William ‘memaksa’ para pemilik katering untuk menggunakan bumbu-bumbu orisinal Indonesia, dan rasa otentik Indonesia akhirnya bisa juga dicicipi di mancanegara.
Menginggriskan, salah besar!
Selain memperkenalkan masakan Indonesia lewat udara, William juga rajin memperkenalkannya lewat berbagai konferensi atau seminar di luar negeri. Ia kerap bekerja sama dengan KBRI dan Badan Pengembangan Ekspor Nasional untuk mengajak para narasumber masakan tradisional dari daerah-daerah asal mereka. Ia tak mau orisinalitas dari setiap masakan tradisional itu bergeser.
Satu hal yang ia sesalkan, para pemilik restoran Indonesia kerap menggunakan nama-nama indah untuk menamai masakan-masakan Indonesia. “Tom Yung Goong gak pernah diubah namanya, Pad Thai gak pernah diubah juga 'kan?” Menurutnya, Indonesia memiliki kebiasaan menginggriskan menunya dan itulah kesalahan besar.
Dari sinilah keteguhan hati William untuk memperjuangkan keaslian kuliner Nusantara terlihat. Ia tak mau ikut-ikutan mengubah nama menu Nusantara, seperti yang banyak chef lain lakukan. Baginya, nama dan rasa asli Nusantara adalah jati diri bangsa yang jadi harga mati.
Melalui langkah ini, William berharap ke depannya, dunia kuliner internasional mulai menyebut kuliner Indonesia sesuai nama aslinya.
Dari Padang untuk dunia
Prestasi terbesar William Wongso adalah kesuksesannya memperkenalkan rendang padang ke dunia. Rendang padang diperkenalkan dalam beberapa kesempatan internasional seperti sampling treat Garuda Indonesia. Tak disangka William, para tamu yang hadir untuk mencicipi begitu antusias. “Mereka yang sudah cicip rendang langsung antre lagi, jadi ada yang antre berkali-kali tuh,” ujarnya. William berharap kesempatan icip-icip itu akan memancing rasa penasaran pengunjung akan rasa otentik rendang padang di negaranya sendiri, Indonesia.
Pernah suatu kali William diundang secara pribadi ke sebuah konferensi internasional yang menghadirkan para praktisi kuliner top dunia. Di konferensi itu, ia mendapat kesempatan untuk mempresentasikan rendang padang. William tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Lima belas menit lamanya ia mempresentasikan keunikan rendang padang dari segi proses dan rasa. Ketika food tasting diadakan, rasa rendang padang milik William diakui banyak tamu sangat enak.
Selain menekankan keunikan bahan, proses, dan rasa pada rendang, William juga selalu menekankan penamaan yang tepat untuk masakan yang terkenal seantero Nusantara ini. “Orang selalu bilang rendang itu beef curry, itu salah! Rendang itu caramelised beef curry,” ujar Presiden International Wine & Food Society Cabang Jakarta itu.
Di akhir pembicaraan kami, William menyinggung perihal populernya dunia kuliner Indonesia akhir-akhir ini yang ditandai dengan bertambahnya jumlah praktisi kuliner muda. Menurutnya, para praktisi kuliner muda tetap harus belajar teknik memasak internasional, namun jangan ia melupakan masakan-masakan tradisional. “Kalau kamu tampil di forum internasional dan hanya bisa masakan barat, apa valuenya buat kamu?”
Penulis | : | Jeffrey Satria |
Editor | : | Jeffrey Satria |
KOMENTAR