Intisari-Online.com-Dalam banyak budaya kuno dan tradisi keagamaan, penguasa dan anggota elit masyarakat tidak hanya memiliki istri.
Mereka juga memiliki selir atau para gundik.
Kepemilikan selir biasanya memiliki tujuan ganda - untuk meningkatkan prestise pria dan kesempatan tak terbatas untuk menikmati hasrat seksual.
Kebanyakan orang mengasosiasikan selir dengan tradisi China kuno di mana sang Kaisar biasanya punya ribuan selir, namun, praktik kepemilikan selir tidak hanya terjadi di China.
PeradabanMesopotamia kuno dan Babilonia juga memberlakukan praktik yang sama.
Dalam Yudaisme, selir disebut dengan istilah Ibrani pilegesh yang berarti "seorang nyonya yang tinggal di rumah".
Menurut Talmud Babilonia, perbedaan antara selir dan istri yakni jika istrimenerima kontrak pernikahan dan pernikahannya didahului oleh pertunangan resmi.
Sementara itu di China, salah satu tugas penting kaisarnya yakni agar punya anak laki-laki sebagai pewaris takhta.
Untuk tujuan ini, para kaisar Kekaisaran China mempunyai banyak sekali selir.
Ada hierarki di sana dan secara umum mengenal tiga tingkatan: ratu, permaisuri, dan selir.
Selama Dinasti Han (206 SM – 220 M), tidak ada batasan yang ditetapkan untuk jumlah permaisuri yang bisa dimiliki Kaisar, dan selama pemerintahan Kaisar Huan dan Kaisar Ling, ada lebih dari 20.000 wanita yang tinggal di istana.
Selir terakhir China
Selir terakhir di China yakni Li Quin yang'diperbudak' sejak usia 15 tahun.
Ini terjadi pada tahun 1943, ketika permaisuri Kaisar Pu Yi, Wan Rong,meninggal karena opium, selir pertamanya telah menceraikannya, dan selir kedua telah meninggal misterius.
Para pengawal kaisar memutuskan bahwa Kaisar Pu Yi membutuhkan seorang permaisuri baru, dan dia diundang untuk memilih dari foto-foto siswi setempat.
Dia memilih Li Yuqin, yang diambil dari rumahnya dan diberitahu bahwa dia akan pergi ke istana untuk belajar.
Gadis muda itu tidak menyadari apa yang menunggunya.
"Karena saya pikir saya pergi ke sana untuk belajar, saya bahkan mengambil tas sekolah saya."
"Saya sangat polos saat itu, berpikir saya bisa melarikan diri kembali jika saya tidak menyukainya. Bahkan sama sekali tidak mungkin untuk melarikan diri," kata Li Yuqin sebagaimana dilansirAncient Origins.
Litetap berbaik sangka terhadap Pu Yi, yang akhirnya dibebaskan sebagai selir pada tahun 1959 dan dikirim untuk bekerja di kebun raya Peking sampai dia meninggal, tanpa anak, karena kanker pada tahun 1967.
Li Yuqin adalah permaisuri wanita terakhir dari kaisar terakhir Tiongkok.
(*)