Dia adalah seorang sukarelawan dari Bulan Sabit Merah, Mubarra (rumah sakit negara), Asosiasi Kesejahteraan Anak dan masyarakat kemanusiaan lainnya di Mesir.
Apa yang dilakukannya itu memberi contoh bagi semua wanita bangsawan di Kairo pada tahun 1940-an dengan pekerjaan amalnya.
Hidupnya ditandai dengan pengasingan berulang, yaitu pada tahun 1924, keluarganya dideportasi dari Turki ketika Mustafa Kemal Ataturk mendeklarasikan negara itu sebagai republik.
Kemudian pada tahun 1953, orang Mesir berusaha untuk menggusurnya dari negara angkatnya itu.
Seolah-olah takdirnya sendiri dimainkan antara dua negara yang bergiliran menyambut dan mengusirnya mengikuti lika-liku sejarah yang tak terduga.
Namun, disiplin dan rasa kewajibannya mengalahkan segalahnya, melansir History of Royal Women.
Dengan asumsi peran kepala keluarga kekaisaran Ottoman di mesir, setelah kematian ayahnya, Neslisah tidak terpengaruh oleh dinas rahasia Nasser yang terus-menerus mengganggu anggota keluarga kerajaan yang tersisa setelah tahun 1953.
Penghapusan monarki di Mesir pada tahun 1952 meninggalkan seluruh kelas sosial tanpa sarana untuk bertahan hidup.
Lebih buruknya lagi, adalah kurangnya alasan untuk bertahan hidup.
Republik baru membutuhkan kelas pekerja untuk membantu membangun Mesir baru, dan kepercayaan pada Raja dan negara digantikan dengan kepercayaan pada kesetaraansosial dan kepemilikan rakyat atas properti nasional.
Maka, tidakbanyak yang bisa dilakukan untuk seorang putri kerajaan.
Pilihan yang dihadapinya adalah meninggalkan Mesir dan memulai hidup baru di tempat lain atau tetap tinggal dan berdiri di samping makam keluarganya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR