Bak Tampar Balik Propaganda Barat, 6 Negara yang Ekonominya Tergantung Utang China Ini Justru 'Lolos' dari Daftar 9 Negara yang Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka

K. Tatik Wardayati

Penulis

Negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka
Negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka

Intisari-Online.com – Tidak hanya Sri Lanka, rupanya juga terjadi beberapa negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka.

Saat ini ditemukan terdapat 23 negara yang berisiko mengalami kesulitan utang.

Di antara 23 negara tersebut ada 9 negara yang di antaranya dalam kondisi mengkhawatirkan dan negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka.

Negara-negara tersebut berisiko tinggi memiliki proporsi utang luar negeri cukup tinggi pada China dan bank di China.

Dan jika itu terus menerus dilakukan, maka negara tersebut bisa berakhir dalam jebakan utang China.

Kesembilan negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka disebutkan adalah Afghanistan, Argentina, Mesir, Laos, Lebanon, Myanmar, Pakistan, Turki, dan Zimbabwe.

Bak tampar balik propaganda barat, nyatanya 6 negara yang ekonominya tergantung utang China ini justru ‘lolos’ dari daftar 9 negara yang terancam bangkrut seperti Sri Lanka, dalam daftar di atas.

6 negara yang dimaksud adalah:

1. Djibouti

Negara ini memiliki risiko pinjaman dari China, menurut data IMF terbaru.

Hanya dalam dua tahun, utang luar negeri publik telah meningkat dari 50 menjadi 85 persen dari PDB, tertinggi di antara negara berpenghasilan rendah.

Utang tersebut sebagian besar terdiri dari utang perusahaan publik yang dijamin pemerintah dan berhutang pada China Exim Bank.

2. Maladewa

Tiga proyek investasi paling menonjol di Maladewa mengikutsertakan keterlibatan China.

Termasuk peningkatan bandara internasional yang menelan biaya sekitar 830 juta dollar AS.

Juga pengembangan pusat populasi baru dan jembatan dekat bandara yang memakan biaya sektar 400 juta dollar AS, dan relokasi bandara pelabuhan utama yang tanpa perkiraan biaya.

Menurut Bank Dunia dan IMF, negara ini dianggap berisiko tinggi mengalami kesulitan utan dan saat ini sedang dilanda gejolak politik dalam negeri.

3. Mongolia

Bergantung pada investasi infrastruktur yang besar, kemakmuran ekonomi Mongolia di masa depan.

Ketika mengetahui situasi sulit di Mongolia, Bank Exim China setuju pada awal 2017 memberikan pembiayaan di bawah jalur kredit senilai 1 miliar dollar AS dengan tarif lunak untuk proyek pembangkit listrik tenaga air dan proyek jalan raya.

Namun, jika laporan tambahan kredit sebesar 30 miliar dollar untuk proyek-proyek terkait Belt and Road Intiative (BRI) selama lima sampai sepuluh tahun ke depan benar, maka prospek gagal bayar di Mongolia sangat tinggi, meski sifat lunak pembiayaannya.

4. Montenegro

Utang publik sebagai bagian dari PDB menurut Bank Dunia akan naik hingga 83 persen pada tahun 2018.

Sumber dari masalahnya adalah salah satu proyek infrastruktur yang sangat besar, jalan raya yang menghubungkan pelabuhan Bar dengan Serbia yang berintegrasi dengan jaringan transportasi Montenegro dengan negara Baltik lainnya.

Untuk membiayai 85 persen dari perkiraan biaya 1 milliar dollar AS, Otoritas Montenegro membuat perjanjian dengan China Exim Bank pada tahun 2014.

Jika pembiayan tidak diberikan dengan persyaratan yang sangat lunak, maka untuk tahap pertama proyek, dengan tahap kedua dan ketiga kemungkinan akan menyebabkan default.

5. Tajikistan

Tajikistan adalah salah satu negara termiskin di Asia, namun dinilai oleh IMF dan Bank Dunia berada pada ‘risiko tinggi’ dari kesulitan utang.

Namun, pihak negara ini berencana menambah utang luar negeri untuk membiayai investasi infrastruktur di sektor kelistrikan dan transportasi.

Sebagai kreditor tunggal terbesar Tajikistan, utang ke China menyumbang hampir 80 persen dari total peningkatan hutang luar negeri Tajikistan selama periode 2007-2016.

6. Kyrgyzstan

Negara yang relatif miskin ini, Kyrgyzstan, memiliki proyek infrastruktur terkait BRI yang signifikan, sebagian besar dibiayai oleh utang luar negeri.

Sebagai kreditor tunggal terbesar, Bank Exim China, dengan pinjaman yang dilaporkan pada akhir 2016 berjumlah 1,5 miliar dollar AS, atau sekitar 40 persen dari total utang luar negeri negara itu.

Meski dianggap memiliki risiko kesulitan utang yang ‘sedang’, namun Kyrgyzstan tetap dianggap rentan.

Baca Juga: Beberapa Kali Gagal Kabur, Presiden Sri Lanka Akhirnya Berhasil Keluar dari Negaranya yang Sedang Krisis dengan Cara Ini

Baca Juga: Temui Raja Kashyapa: Penguasa Sri Lanka yang Punya 500 Gundik, Tega Mengubur Ayahnya Hidup-hidup dan Dirikan Istana Megah

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait