Temui Raja Kashyapa: Penguasa Sri Lanka yang Punya 500 Gundik, Tega Mengubur Ayahnya Hidup-hidup dan Dirikan Istana Megah

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi)  Raja Kashyapa dari Sigirya di Sri Lanka memiliki 500 perempuan di haremnya
(Ilustrasi) Raja Kashyapa dari Sigirya di Sri Lanka memiliki 500 perempuan di haremnya

Intisari-Online.com - Istilah 'harem'mungkin membuat Anda membayangkan ruangan penuh wanita cantik yang digunakan untuk tujuan nafsu saja.

Gambaran inimungkin terinspirasi olehharemabad ke-16 dan ke-17 dari Kekaisaran Ottoman.

Sebenarnya hampir di setiap kebudayaan, penguasanya selalu memiliki banyak harem atau yang juga disebut selir dan gundik.

Montezuma II, penguasa Aztec dari Meksiko, dikabarkan memiliki 4.000 selir.

Dalam masyarakat Aztec, setiap anggota kaum bangsawan wajib memiliki selir sebanyak-banyaknya, semampu mereka.

KemudianFiraun Mesir kerap mewajibkan para gubernur untuk mengirimkan gadis cantik untuk dijadikan selir.

Pada masa lalu, dianggap suatu kehormatan besar bagi perempuan yang menjadi bagian dari harem sang penguasa.

Begitu juga dengan penguasa dari Asia Selatan yang kini kerajaannya tinggal puing-puing Sigiriya Rock.

Sigiriya Rock merupakan batu setinggi 91 meter yangerada di Distrik Matale, Sri Lanka, dan merupakan reruntuhan kerajaan.

Beberapa bagian dari cerita Raja Kashyapa sangat terkenal dari tulisan-tulisan Buddhis.

Selama berabad-abad, para biarawan menyusun sejarah monarki dalam sebuah buku komprehensif yang disebut Culavamsa.

Culavamsa menceritakan tentang Raja Dhatusena, yang memiliki dua putra, Kashyapa dan Moggallana.

Moggallana adalah keturunan bangsawan dan pewaris sah takhta sementara ibu Kashyapa adalah orang biasa.

Keponakan Raja Dhatsena, Migira adalah seorang bangsawan yang kuat.

Dia adalah seorang komandan tentara yang menyesali raja atas eksekusi istrinya.

Dia bersekongkol dengan Kashyapa dan bersama-sama mereka melakukan kudeta.

Kashyapa mengubur ayahnya hidup-hidup dan merebut mahkota.

Ahli waris yang sah, Moggallana, melarikan diri ke India, takut akan nyawanya.

Kashyapa memindahkan ibu kota dari Anuradhapura yang mapan di tepi sungai Malvathu Oya ke Sigiri Rock di tengah hutan yang dalam dan tidak dapat diakses hingga punya 500 perempuan di haremnya.

Buku lain, Ravana Watha, menggambarkan RajaKashyapamemilih Cithranakuta sebagai rumahnya.

Cithranakuta juga dikenal sebagai Alakamandava, kota para dewa.

Dalam Ravana Watha, RajaKashyapatermotivasi untuk mendirikan kembali Cithrankauta karena warisan ibunya.

Ibunya adalah seorang Yakka, suku asli Sri Lanka.

Baca Juga: Romantisme Kisah Gundik Era Kolonial: Cinta Sejati Paul Verkerk dan Nyai Isah, Tak Melulu Soal Hasrat Urusan Dapur dan Kasur

(*)

Artikel Terkait