Intisari-online.com - Amerika Serikat "sedih dan terkejut" dengan penembakan mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe, kata duta besar AS Rahm Emanuel pada Jumat (8/7).
Perdana menteri terlama Jepang, Abe, dibawa ke rumah sakit dengan pendarahan.
Menurut Japan Times, Shinzo Abe ditembak setelah menyampaikan pidato di kota barat Nara beberapa hari sebelum pemilihan majelis tinggi, menurut pihak berwenang dan media.
"Abe-san telah menjadi pemimpin Jepang yang luar biasa dan sekutu AS yang tak tergoyahkan," kata Emanuel dalam sebuah pernyataan.
"Pemerintah AS dan rakyat Amerika berdoa untuk kesejahteraan Abe-san, keluarganya, dan rakyat Jepang," katanya.
Menjelang pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan mereka "sangat sedih dan sangat prihatin" dengan berita tersebut.
"Kami tidak tahu kondisinya, kami tahu dia tertembak dan pikiran serta doa kami bersama dia dan keluarganya, dengan orang-orang Jepang," tambahnya.
Baca Juga: Bukan Musuh Apalagi Ancaman, Mengapa Rusia Mendadak Beri Peringatan Keras Ini Pada Jepang ?
"Ini adalah momen yang sangat, sangat menyedihkan dan kami menunggu kabar dari Jepang," lanjutnya.
Para pemimpin lain dari seluruh dunia juga mengungkapkan keterkejutannya atas penembakan ShinzoAbe.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan dalam sebuah tweet bahwa "pikiran (mereka) ada pada keluarganya dan orang-orang Jepang saat ini".
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan dia percaya "semua orang terkejut dan sedih seperti (dia)" tentang insiden itu.
"Atas nama pemerintah saya, saya ingin mengutuk keras tindakan kekerasan dan ilegal," katanya.
"Mantan Perdana Menteri Abe bukan hanya teman baik saya, tetapi juga teman setia Taiwan," imbuhnya.
"Dia telah mendukung Taiwan selama bertahun-tahun dan berusaha keras untuk mempromosikan kemajuan hubungan Taiwan-Jepang," katanya.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Indonesia mengatakan dalam sebuah pernyataan, atas nama menteri luar negeri.
Bahwa dia telah "menyatakan simpatinya atas nama menteri luar negeri G20 kepada menteri luar negeri Jepang".
Mantan menteri Olimpiade Jepang Yoshitaka Sakurada, yang tiba di markas Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo, mengatakan: "Saya tidak percaya hal seperti ini bisa terjadi di abad ke-21.
"Masih ada Rusia, itu juga di luar dugaan, tapi saya tidak percaya hal seperti ini bisa terjadi di Jepang."