Setiap malam para Lama, atau guru spiritual, di biara membaca sutra, atau kitab suci, untuk orang yang sudah meninggal, yang bisa berlangsung sepanjang malam.
Salah satu alasan mengapa orang Tibet melakukan ritual Pemakaman Langit adalah karena mereka mempraktikkan agama Buddha.
Memberi makan tubuh burung nasa dianggap sebagai tindakan amal, atau kebaikan terakhir.
Dalam pikiran mereka, roh orang tersebut terus bergerak dan tubuh adalah wadah kosong, ini disebut perpindahan roh.
Dengan mengekspos tubuh ke unsur-unsur dan hewan pemulung, maka tubuh dikembalikan ke bumi semurah mungkin.
Pilihan untuk melakukan pemakaman langit adalah Jhator, tindakan kemurahan hati.
Ajaran Buddha mengajarkan welas asih untuk semua makhluk dan meninggalkan tubuh sebagai makanan untuk bumi dan makhluknya dianggap sebagai tindakan terakhir dari welas asih.
Tibet memiliki 1.075 situs pemakaman langit dan 100 orang untuk melakukan ritual itu.
Ritual tersebut berlangsung di biara-biara, seperti Biara Drigung Til, yang merupakan biara terbesar.
Mereka memproses sekitar 10 mayat sehari di biara berusia 900 tahun itu.
Ritual kematian dianggap keberuntungan atau diberkati dengan keberuntungan.
Dibutuhkan operator pemakaman langit yang terampil sekitar 2-3 jam untuk ‘membedah, menghancurkan, dan memberi makan mayat-mayat itu kepada burung nasar’.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR