Intisari-Online.com - Ketegangan antara Rusia dan Barat seperti diketahui, telah meningkat sejak Moskwa mengirim pasukan ke Ukraina empat bulan lalu.
Rusia menuduh antara lain bahwa NATO berencana untuk mengakui Ukraina dan menggunakannya sebagai platform untuk mengancam Rusia.
Sementara itu, langkah Rusia tidak hanya memicu rentetan sanksi Barat, tetapi juga mendorong Swedia dan tetangga utara Rusia, Finlandia, untuk mendaftar bergabung dengan aliansi Barat.
Dalam seminggu terakhir, Lituania khususnya telah membuat marah Rusia dengan memblokir transit barang-barang yang dikenai sanksi Eropa yang melintasi wilayahnya dari Rusia, melalui Belarus, ke eksklave Kaliningrad di Baltik Rusia.
Rusia menyebutnya sebagai "blokade", tetapi Lituania mengatakan hal itu hanya mempengaruhi 1 perse dari transit barang normal di rute tersebut, dan lalu lintas penumpang tidak terpengaruh.
Untuk menjaga keamanan Rusia dan sekutunya, Rusia pun berencana mengirimkan senjata pada Belarus.
Belarus adalah sekutu dekat Rusia.
Saat Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, sekutu utama Rusia, Presiden Belarus Alexander Lukashenko membela invasi tersebut.
Sabtu (25/6/2022, Presiden Putin pada mengatakan kepada Presiden Lukashenko bahwa Moskwa akan memasok Minsk dengan sistem rudal yang mampu membawa senjata nuklir.
Hal itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.
Pada pertemuan dengan Putin di St Petersburg, Lukashenko menyatakan keprihatinannya tentang kebijakan "agresif", "konfrontatif", dan "menjijikkan" dari tetangganya, Lituania dan Polandia.
Lukashenko meminta Putin untuk membantu Belarus meningkatkan "tanggapan simetris" terhadap apa yang dia katakan sebagai penerbangan bersenjata nuklir oleh aliansi NATO yang dipimpin AS di dekat perbatasan Belarus.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR