Advertorial
Intisari-Online.com - Pada era Kekaisaran China Kuno, bagaimana parakasim menjalankan Kota Terlarang?
Ya, selain soal Kaisar China dan para selirnya, kasim juga hidup dan tinggal di Kota Terlarang.
Bahkan pada beberapa era Kekaisaran China Kuno, ada kasim yang mampu menjalankan pemerintahan.
Dilansir dariscmp.com pada Minggu (26/6/2022), kehadiran kasim di istana Kekaisaran China adalah tradisi yang sudah berlangsung lama.
Orang-orang yang dikebiri ini bertugas sebagai pelayan istana, mata-mata, dan pengawas harem di seluruh dunia kuno.
Parakasim ditempatkan di Kota Terlarang, terutama untuk menjaga kesucian wanita kekaisaran.
Nilai-nilai Konfusianisme dianggap penting bagi kaisar, yang dipandang sebagai wakil surga di Bumi, untuk menghasilkan pewaris laki-laki langsung untuk menjaga keharmonisan antara surga dan Bumi.
Oleh karenanya, agar tidak ada kesalahan, maka laki-laki selain kaisar tidak boleh mendekati Kota Terlarang.
Para kasim diizinkan tinggal, tapi dengan syarat mereka harus dikebiri.
Sejarawan mencatat, kasim di China mulai dikebiri padaabad ke-8 SM.
Tetapi sejarawan umumnya menyebutkan kemunculan kasim di istana pada masa pemerintahan Han Huan Di (146-167).
Lalu sistem kasim dihapuskan pada 5 November 1924, ketika kaisar terakhir, Puyi diusir dari Kota Terlarang, tempat ia tinggal sejak revolusi 1912.
Alasan untuk menjadi kasim
Tidak semua laki-laki di era Kekaisaran China mau menjadi kasim. Ada beberapa alasan mereka mau menjadi kasim, yaitu:
1. Paksaan
Sekitar seperdelapan dari mereka yang menjadi kasim adalah anak-anak kecil yang tunduk pada tekanan orangtua.
Keluarga akan menerima hadiah uang tunai untuk menyumbangkan putra mereka, tetapi mereka juga berharap anak-anak mereka akan memiliki kehidupan yang lebih nyaman dan sejahtera di istana.
2. Kemiskinan
Beberapa orang dewasa, tanpa sarana ekonomi, lebih memilih pengebirian daripada kehidupan mengemis dan mencuri.
3. Kebebasan untuk memilih
Beberapa pria, yang hanya bisa membayangkan kehidupan yang sia-sia dan kesulitan, merasa iri dengan gaya hidup yang tampaknya mudah dinikmati oleh kasim istana.
4. Hukuman
Kaisar Guangwu dari Han (memerintah antara 25 dan 57 SM) mengubah semua hukuman mati menjadi pengebirian.
Lalu kaisar lain mengikuti dekrit ini.
Proses pengebirian
Sebuah gubuk kecil di dekat Kota Terlarang, yang disebut Ch'ang tzu, digunakan untuk operasi.
Seorang pria bernama Daozi jiang bertanggung jawab atas pengebirian selama proses berlangsung, termasuk tahap penyembuhan.
Ada beberapa orang yang bekerjadi bawah Daozi jiang.
Awalnya, perut dan paha atas pasien diikat erat dengan perban untuk mencegah pendarahan.
Sementara anestesi lokal selama akhir dinasti Qing adalah saus cabai pedas.
Bagian yang akan dihilangkan didesinfeksi dengan mencucinya tiga kali dalam air cabai.
Dalam proses, seorang pria akan memegang kaki pasien dan menahannya dengan kuat untuk mencegah gerakan tiba-tiba.
Sementara dua pria lainnya akan memegang pinggang dan kedua lengannya.
Setelah proses selesai, lukadengan hati-hati diikat dengan kertas yang telah direndam dalam air dingin.
Setelah membalut lukanya, asisten mengantar kasim di sekitar ruangan selama tiga jam sebelum membiarkannya berbaring.