Intisari-Online.com – Terletak di Aberdeen, Skotlandia, terdapat sebuah gereja kecil abad ke-15.
Gereja itu mungkin terlihat tidak berbahaya, tetapi memiliki sebuah rahasia masa lalu tergelap dalam sejarah kota itu.
Pada tahun 1597, dua puluh tiga wanita diadili dan dieksekusi selama ‘Perburuan Penyihir Hebat’ di Aberdeen.
Gereja yang tampaknya damai ini sebenarnya adalah penjara bagi ‘penyihir’ ini selama perburuan penyihir terkenal di Aberdeen.
Dua tempat terpisah dibangun sebagai penjara di dalam gereja, yang petama adalah kapel berkubah batu dan yang lainnya adalah menara.
Terlepas dari apa yang dipercayai oleh masyarakat luas, di Skotlandia pada abad ke-16, perburuan penyihir tidak dilakukan oleh massa yang marah.
Penduduk sebenarnya ditugaskan atas perintah Raja.
Karena tugas kerajaan itulah, Aberdeen memiliki catatan yang cermat tentang pengadilan penyihir mereka.
Catatan ini termasuk pembayaran kepada pandai besi untuk memasang cincin besi yang digunakan untuk memenjarakan terdakwa.
Catatan kota juga mencakup rincian biaya bahan yang digunakan untuk tar dan membakar para wanita yang dituduh.
Lalu, apa itu ‘Perburuan Penyihir Hebat’?
Perburuan Penyihir Hebat pada tahun 1597 dianggap sebagai fase pertama dari serangkaian uji coba di seluruh Skotlandia.
Perburuan ini dimulai oleh hukum sihir yang diberlakukan oleh Raja James VI.
Penganiayaan sihir mulai melanda Eropa pada abad ke-15.
Namun, itu tidak mencapai Amerika sampai abad ke-17, yang dikenal sebagai Pengadilan Penyihir Salem tahun 1692 hingga 1693.
Selama abad ke-15 banyak umat Katolik dan Protestan dipersatukan dengan satu keyakinan umum, bahwa ‘penyihir berkomunikasi dengan iblis’.
Insiden paling terkenal di Aberdeen sebenarnya terjadi pada tahun 1597.
Jane Wishart, soerang ibu, dihukum atas 18 tuduhan sihir, dia dituduh karena warga percaya bahwa dia membacakan mantra pada tetangganya.
Salah satunya, adalah ketika Wishart diduga mengucapkan mantra pada menantunya setelah pertengkaran sengit.
Warga melaporkan bahwa Wishart telah membaca mantra yang memaksa seekor anjing misterius menyerang menantunya.
Desas-desus lain mengklaim bahwa Wishart memotong-motong mayat untuk mengambil bahan-bahan yang dia perlukan untuk merapal mantra lain.
Putra Wishart kemudian dihukum oleh penduduk kota Aberdeen, karena banyak yang percaya bahwa dia adalah kepala perkumpulan penyihir bahkan berdansa dengan iblis.
Wishart dicekik sampai mati, kemudian dibakar.
Catatan kota menyatakan bahwa biayanya ‘3 poundsterling, 13 shilling, dan 4 pence’, untuk membayar semua bahan yang dibutuhkan untuk mengeksekusi Wishart.
Banyak sejarawan percaya bahwa Aberdeen mengubur penyihir lebih banyak daripada kota lain mana pun.
Menurut Chris Croly, kepercayaan ini mungkin tidak sepenuhnya akurat, tetapi yang benar-benar akurat adalah bahwa Aberdeen memiliki catatan sipil terbaik tentang pembakaran penyihir.
The East Kirk St. Nicholas memulai pemugarannya pada tahun 2006.
Sebelum gereja dipugar seluruhnya, gereja ini melakukan penggalian arkeologis.
Pada saat itu, tidak ada sisa-sisa manusia yang ditemukan, melansir History Things.
Fase pertama penggalian tersebut memberi para arkeolog wawasan yang luar biasa tentang kehidupan penduduk kota Aberdeen dari abad ke-11 hingga ke-18.
Saat penggalian berlanjut, Croly dan timnya menemukan lebih dari 2.000 jenazah manusia di bawah lantai East Kirk.
Sekitar 1.000 dari sisa-sisa itu adalah kerangka utuh.
Tak satu pun dari sisa-sisa ‘penyihir’ yang dituduh ditemukan di lokasi itu.
Croly mengatakan bahwa terdakwa dimakamkan di tempat lain di dekat atau di ‘tanah yang tidak suci’.
Para ahli percaya bahwa sebagian besar mayat ini dikuburkan sebelum tahun 1560.
Setelah tahun itu, Reformasi Protestan melarang penguburan di dalam gereja.
Mayat-mayat ini bukan satu-satunya hal menarik yang ditemukan para arkeolog.
Penggalian juga mengungkapkan bukti gereja terpisah yang ada di bawah Kirk. Kapel Kirk ini berasal dari abad ke-11.
Para arkeolog juga menemukan sembilan bayi yang telah dikubur bersama untuk membentuk busur.
Mayat-mayat ini ditemukan di dekat tembok abad ke-11, dan para ahli percaya bahwa mereka mungkin menderita penyakit yang telah menjadi epidemi.
Sejak penggalian itu, mayat kemudian ditempatkan kembali ke dalam lemari besi di bawah lantai gereja saat ini.
Upacara diadakan pada akhir tahun, dan kapel akan dibangun kembali menjadi tempat yang damai.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari