Intisari-Online.com - Dalam perang Rusia dan Ukraina, berbagai senjata militer canggih ditampilkan.
Mulai dari rudal balistik, rudal hipersonik, kapal perang, tank, hingga senjata militer yang ilegal.
Kini, ada lagi senjata militer baru yang digunakan dalamperang Rusia dan Ukraina.
Senjata apakah itu?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (15/6/2022), namanya adalah tank Panther.
Ini adalah sebuah kendaraanlapis baja baru yang telah dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Rheinmetall,produsen otomotif dan senjata Jerman.
Tank ini memiliki daya tembak lebih dari pendahulunya, Leopard, yang dianggap sebagai tank tempur paling kuat di dunia.
Tank Panther juga jauh lebih mobile daripada Leopard.
Dengan berat hanya 59 ton, Panther lebih ringan dan dapat menempuh jarak sekitar 500 kilometer.
Kendaraan lapis baja yang diperbarui ini diperkirakan mampu bersaing dengan tank Armata milik Vladimir Putin.
Kaliber tank baru - diameter internal laras senapan - lebih besar dari Armata.
Armata memiliki kaliber 125 milimeter, sedangkan Panther memiliki kaliber 130 milimeter.
Menurut Rheinmetall, peningkatan kaliber meriam tank harus mengarah pada peningkatan efektivitas 50 persen.
Tangki Armata dikatakan telah mengalami masalah dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari kurangnya bahan dan suku cadang khusus.
Pakar militer Gustav Gressel dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri mengatakan kepada Der Spiegel bahwa subkomponen tank ini biasanya dipasok oleh Barat.
Menurut Business Insider, negara-negara Eropa Timur telah menyatakan minatnya pada tank tersebut.
Sementara itu, bos Rheinmetall Armin Papperger diperkirakan tertarik untuk memasok tank ke angkatan bersenjata Jerman, yang memiliki anggaran 100 miliar euro.
Sejak invasi Rusia ke Ukrainadimulai pada 24 Februari 2022, Rusiamengalami kerugian besar dalam perang di Ukraina.
Total 25.100 tentara Rusia telah tewas, menurut perkiraan Ukraina.
Sementara menurut perkiraan Kementerian Pertahanan Inggris yang lebih konservatif menempatkan korban Rusia setidaknya 15.000 tentara.
Selain itu,tentara Rusia sekarang "kehabisan stok senjata" sebagai akibat dari sanksi terhadap Rusia.
Pada awal-awal perang, Rusia memang menggunakan persenjataan paling canggih. Namun kini belum ada lagi senjata canggih milik Rusia yang diturunkan.
Ini adalah jumlah yang sama dari tentara yang tewas dalam perang Afghanistan, yang berlangsung selama sembilan tahun.
"Saya pikir Rusia kehabisan stok persenjataan canggih ini," ucapPakar senjata kimia Hamish de Bretton-Gordon.
"Mereka memang memiliki banyak tank dan artileri. Namunitu baru saja dihancurkan oleh Ukraina," tutupnya.