Intisari-Online.com -Ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Putin mengeklaim bahwa itu sekadar "operasi militer khusus" yang terbatas pada wilayah Donbass di timur untuk men-de-Nazi-fikasi Ukraina dan melemahkan hal yang dianggap sebagai ancaman bagi Rusia.
Tetapi bahkan saat dia mengucapkan kata-kata ini, pasukannya bergerak ke arah Kyiv dan membombardir wilayah-wilayah barat.
Lebih dari 100 hari kemudian, seperlima wilayah Ukraina berada di bawah kontrol militer Rusia, dengan pemerintahan boneka yang berbicara tentang referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Sekarang Putin merasa cukup berani untuk mengakui bahwa apa yang dia sebut "operasi" kenyataannya adalah okupasi.
Melansir Kompas.com, kekaguman Vladimir Putin pada Tsar Pyotr yang Agung mungkin sudah banyak diketahui oleh khalayak umum, tetapi sekarang dia tampaknya juga memandang dirinya sebagai "Agung".
Secara terang-terangan Putin membandingkan dirinya dengan sang tsar Rusia, menyamakan invasi ke Ukraina dengan aksi ekspansionis Pyotr sekitar tiga abad lampau, dan membuat pengakuan paling tegas sejauh ini bahwa perang yang dia lancarkan adalah perampasan wilayah.
Putin juga tampaknya percaya bahwa Barat pada akhirnya akan menerima realitas yang sedang dibangun oleh pasukannya dengan pertempuran di lapangan.
Pada waktu itu, "tidak satu pun negara Eropa" mengakui klaim Rusia pada lahan tempat Pyotr membangun St. Petersburg sebagai ibu kota baru Rusia, kata Putin.
Sekarang mereka semua mengakuinya. Komentar Putin juga membuat marah negara-negara Baltik.
Kementerian Luar Negeri Estonia memanggil duta besar Rusia untuk mengecam acuannya kepada serangan Pyotr Agung ke Narva, sekarang di Estonia, saat Rusia merebut kembali dan memperkuat wilayahnya.
Namun, Putin menggunakan sejarah secara selektif.
Pyotr Agung, meskipun seorang otokrat yang bengis sekaligus pengagum ide-ide, sains, dan budaya Barat.
Dia membangun St Petersburg sebagai "jendela ke Eropa" dan berkeliling di benua itu, haus akan pengetahuan untuk mendorong Rusia menuju modernitas.
Pemerintahan Putin yang semakin represif perlahan-lahan menutup jendela ke Barat; perang ke Ukraina telah menyegelnya.
Pyotr yang Agung memang akhirnya berhasil menaklukkan wilayah dari Baltik sampai Laut Hitam.
Namun, Perang Utara Raya yang dilancarkan Rusia berlangsung selama 21 tahun.
(*)