Pemerintahan Kennedy saat itu bahkan mempertimbangkan untuk menyerang Kuba dengan udara dan angkatan laut.
Krisis ini dianggap sama seriusnya dengan insiden "balas tembakan" di Tembok Berlin, membuat dunia khawatir akan konflik nuklir.
Krisis Rudal Kuba melahirkan "Washington-Moscow Hotline".
Melalui saluran komunikasi ini, Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat perjanjian langsung secara rahasia untuk menyelesaikan krisis keamanan.
Persiden AS John Kennedy muncul di muka publik dan menuntut Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba.
Maka, dimulailah minggu-minggu yang dikenal dengan sebutan Krisis Rudal Kuba ini.
Negosiasi di antara dua musuh bebuyutan ini terjadi dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang dan tidak mau mengurangi tuntutannya.
Kapal-kapal perang Amerika mengepung Kuba untuk memaksakan sebuah "karantina" terhadap semua pelayaran milik kuba.
Pesawat-pesawat pengebom mencari posisi di Florida dan bersiaga menghadapi serangan udara.
Untungnya, pada tanggal 28 Oktober 1962, Khruschev menyatakan bahwa Uni Soviet bersedia memindahkan nuklirnya asalkan AS berjanji tidak akan menyerbu Kuba.
Oleh karena itu, Uni Soviet harus membongkar semua pangkalan rudal di Kuba dengan imbalan AS menyelesaikan pembongkaran rudal balistik yang terletak di banyak negara NATO pada bulan September 1963.
Source | : | insider,24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR