AS Perluas Sanksi ke Rusia, Harapan Bergantung pada Raksasa Ekonomi di Asia Ini yang Bisa Selamatkan Negara Pimpinan Vladimir Putin

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-Online.com -Amerika Serikat dan sekutu Eropanya memang telah meluncurkan sanksi yang menghancurkan terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina.

Mereka memotong Moskwa dari pasar energi kritis pada saat dibutuhkan modal untuk terus menggerakkan perang yang sedang berlangsung.

BahkanDepartemen Keuangan Amerika Serikat (AS) memperluas sanksi terhadap Rusia, Kamis (2/6/2022), sebagaimana diwartakan Kompas.com.

Hal itu termasuk menargetkan kapal pesiar mewah yang kerap digunakan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Sanksi yang diberikan Departemen Keuangan AS merupakan hukuman terhadap keputusan Putin melakukan serangan ke Ukraina.

Kantor Kontrol Aset Asing (OFAC) mengumumkan bahwa tindakan terbaru mereka ialah menargetkan pialang kapal pesiar yang berhubungan dengan Kremlin.

Selain itu juga menargetkan beberapa pejabat pemerintah Rusia terkemuka, dan rekan dekat sekaligus manajer keuangan Putin, Sergei Roldugin.

Secara spesifik, Departemen Keuangan memblok penggunaan dua kapal mewah berbendera Rusia, "Graceful" dan kapal berbendera Kepulauan Cayman, "Olympia".

Mereka mengungkapkan Putin dulunya kerap menggunakan kedua kapal tersebut untuk bepergian.

Meski begitu, Newsweek memberitakan bahwaPresiden Rusia Vladimir Putin masih bisa "diselamatkan" oleh raksasa ekonomi Asia, China dan India.

Baik China atau Indiamenolak bergabung menjatuhkan sanksi, dan membeli lebih banyak minyak Rusia daripada sebelumnya.

Premisnya sederhana: China dan India membeli apa yang sebagian besar telah dilarang oleh Uni Eropa dengan harga yang lebih rendah.

Daniel Fried, mantan duta besar AS untuk Polandia yang juga menjabat sebagai koordinator program sanksi mantan Presiden Barack Obama terhadap Rusia, mengatakan bahwa solusi sanksi Moskwa "benar-benar tepat".

"Solusinya adalah fokus pada China dan India sehubungan dengan minyak," ujar Fried.

"Dan salah satu pertanyaan besar yang saya miliki adalah apakah AS atau Uni Eropa akan bertindak untuk mencoba memperumit kemampuan Rusia untuk mengalihkan minyaknya dari Eropa ke China dan India," tambahnya.

Fried, yang saat ini menjadi rekan terhormat di think tank Dewan Atlantik di Washington, mengatakan bahwa penjualan ini akan terjadi "mungkin dengan diskon."

"Harga minyak sangat tinggi sehingga tanpa sanksi sekunder yang menargetkan importir pihak ketiga, Rusia (tetap) akan menghasilkan banyak uang," ujarnya.

"Rusia akan kehilangan sejumlah besar pendapatan kecuali China dan India menebus kekurangan itu, yang tidak akan mereka lakukan sepenuhnya."

Baca Juga: Meski Berhasil Hancurkan Puluhan Tank RusiaHanya Dalam 1 Serangan, Zelensky Ungkap Situasi Terkini di Ukraina, '20% Wilayah Sudah Dikuasai Pasukan Rusia'

(*)

Artikel Terkait