Intisari-online.com - Saat ini Rusia dan Ukraina tengah berperang, sejak 24 Februari 2022.
Sudah 3 bulan berlangsung, namun peperangan masih sengit dan kedua negara belum ada yang mau menyerah.
Sementara itu, Ukraina terus mendapatkan pasokan senjata dari Amerika untuk melakukan perlawanan pada Rusia.
Meski secara tidak langsung, Rusia terlibat bentrokan dengan Ukraina yang difasilitasi senjata oleh Amerika.
Belakangan ini Rusia justru ungkap risiko bisa saja terjadi bentrokan langsung dengan Amerika.
Seperti dikutip dari RT pada Selasa (1/6/22), Amerika Serikat berada di jalur untuk mengarahkan konflik dengan Rusia.
Setelah mengumumkan transfer ke Ukraina dari sistem peluncuran roket ganda, kata seorang pejabat Rusia.
Pasokan senjata yang lebih kuat oleh Amerika Serikat ke Ukraina meningkatkan risiko konflik langsung Rusia-Amerika.
Terlepas dari klaim Washington untuk mencoba mengurangi risiko tersebut, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov pada (1/6), menurut RT.
Komentar Ryabkov muncul setelah AS mengonfirmasi akan mengirimkan beberapa sistem roket peluncuran HIMARS ke Ukraina.
AS bersikeras tidak memberikan senjata yang dapat digunakan Ukraina untuk menyerang Rusia, serta mencegah kemungkinan terseret ke dalam konflik langsung.
Wakil menteri luar negeri Rusia membantah klaim pejabat AS dan mengatakan Washington membuat konflik lebih berbahaya.
"Kegiatan pasokan senjata akan terus meningkatkan ketegangan, meningkatkan risiko konfrontasi langsung," kata Ryabkov, merujuk pada kemungkinan bentrokan militer antara Rusia dan Amerika Serikat.
Ryabkov mengatakan Amerika Serikat selama bertahun-tahun tidak melakukan apa pun untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina.
Wakil menteri luar negeri Rusia menuduh Amerika Serikat menghalangi upaya terakhir Moskow untuk merundingkan perjanjian yang mengikat secara hukum untuk menyelesaikan konflik atas ekspansi NATO di Eropa.
"Setelah konflik Ukraina pecah, AS masih tidak memiliki sikap yang sehat terhadap perkembangan yang sebenarnya," kata Ryabkov.
"Amerika Serikat hanya mengharapkan kekalahan strategis Rusia. Ini sangat berbahaya," tambahnya.