Intisari-online.com - Washington telah membuat sikap yang jelas tentang senjata yang dapat dikirim ke Ukraina dan senjata yang tidak dipasok, kata duta besar AS untuk PBB.
"Masalahnya sangat sederhana. Kami sudah jelas sejak hari pertama bahwa kami akan memberi Ukraina senjata untuk mempertahankan diri," kata Linda Thomas-Greenfield kepada wartawan pada konferensi pers yang mengakhiri kepresidenan Washington di Dewan Keamanan PBB.
"Kami tidak memberi Ukraina senjata yang dapat digunakan untuk melawan Rusia. Presiden Joe Biden telah menjelaskannya," katanya.
"Kami tidak ingin menjadi pihak yang terlibat langsung dalam konflik ini," tambahnya.
Pada (30/5), Biden mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat terus memberikan senjata ke Ukraina, tetapi tidak termasuk peluncur roket jarak jauh yang dapat digunakan untuk menyerang Rusia dari wilayah Ukraina.
Sementara itu, Ukraina menyatakan akan marah jika AS tidak mengirimkan beberapa peluncur roket.
"Kami akan segera mengetahui apakah mereka berniat mengirim senjata ini ke Ukraina. Jika tidak, kami akan marah," kata ajudan senior presiden Ukraina, Alexey Arestovich.
"70km sudah cukup bagi kami," tambah Arestovich, mengacu pada peluncur roket AS seperti M270 atau M142 HIMARS.
Sistem ini dapat meluncurkan rudal balistik taktis dengan jangkauan 300 km atau roket dengan jangkauan 32-70 km.
Sampai saat ini, Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya telah mengirim ke Ukraina lebih dari 100 howitzer dan howitzer self-propelled untuk menggantikan senjata yang telah hilang dari Ukraina.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Ukraina telah kehilangan 450 sistem peluncuran roket ganda dan lebih dari 1.700 artileri jarak jauh.
Pada (30/5), Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Washington tidak akan memberi Ukraina rudal apa pun yang dapat mencapai wilayah Rusia, sebuah langkah yang tampaknya menenangkan Moskow.
"Kami tidak akan mengirim apa pun yang dapat menghantam wilayah Rusia," kata Biden di Gedung Putih ketika ditanya apakah Amerika Serikat dapat memasok Ukraina dengan rudal yang dapat mencapai Rusia.
Pekan lalu, CNN mengutip sumber dari Gedung Putih yang mengatakan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk memberi Ukraina sistem roket peluncuran ganda jarak jauh (MLRS) paling canggih yang dimiliki Amerika Serikat.
Ini juga merupakan permintaan utama dari otoritas Ukraina, dalam konteks pasukan negara itu secara bertahap didorong mundur oleh tentara Rusia di Donbass.