Sayangnya, anak perempuan yang baru pertama kali mengalami menstruasi dan mengalami masalah kesehatan saat itu harus menunggu sampai siklus mereka berakhir sebelum mencari perawatan medis.
Hal ini dapat memperburuk kemungkinan masalah dan gejala kesehatan anak perempuan itu.
Jika wanita tidak secara langsung mempraktikkan pengasingan saat menstruasi, sebuah penelitian tahun 2018 oleh sosiolog Saruna Ghimire di Universitas Miami, menemukan bahwa 100% anak perempuan dibatasi oleh tabu menstruasi selama siklus mereka.
Wanita-wanita ini tidak diperbolehkan menyentuh makanan, menyentuh keran air, atau berpartisipasi dalam kegiatan keluarga normal.
Tabu menstruasi membatasi sumber daya yang tersedia, membatasi otonomi perempuan, bahkan mungkin merusak citra diri mereka.
Penelitian Ghimire juga menemukan bahwa 72% wanita menjadi sasaran pengasingan menstruasi karena Chhapuadi.
Tidak hanya stigma yang terkait dengan menstruasi menjadi masalah dalam komunitas ini, tetapi praktik Chhaupadi sebenarnya juga menimbulkan banyak risiko kesehatan bagi perempuan dan anak perempuan yang terlibat.
Misalnya, tempat pengasingan sementara yang digunakan Chhaupadi tidak higienis, sehingga meningkatkan risiko komplikasi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diare, dehidrasi, dan hipotermia.
Wanita dan anak perempuan yang tinggal di gudang ini juga rentan terhadap bahaya gigitan ular dan serangan hewan lainnya, melansir borgenproject.
Setiap tahun, setidaknya satu wanita atau gadis meninggal selama pengasingan dalam siklus menstruasi mereka.
Kasus-kasus ini sering tidak diperhatikan oleh media, sehingga kepercayaan anggota masyarakat tidak berubah.
Isolasi yang menyertai Chhaupadi juga menimbulkan konsekuensi berbahaya bagi kesehatan mental para wanita itu.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR