Intisari-Online.com – Selir Mulia Zuo Fen adalah istri Kaisar Wu dari Dinasti Jin yang paling terkenal.
Dia dipilih menjadi selir kekaisaran bukan karena penampilannya, tetapi karena bakat sastranya.
Bakatnya sebagai penyair ulang memungkinkan dia untuk naik peringkat ke posisi yang berada tepat di bawah permaisuri.
Warisan terbesarnya adalah puisinya, yang masih dibaca hingga kini dan dipuji karena menjadi wanita pertama yang menggunakan pengalaman wanita sebagai tema artistik.
Selir Mulia Zuo Fen lahir di Linzi di negara bagian Qi (sekarang Linzi di Provinsi Shandong) sekitar tahun 252 M, dengan nama lengkap Zuo Jiu Pin.
Keluarganya berstatus rendah dan merupakan sarjana Konfusianisme.
Ibunya sudah meninggal dunia, tetapi ayahnya, Zuo Yong, adalah seorang pegawai yang kemudian naik ke sensor kekaisaran.
Kakak laki-lakinya, Zuo Si, menjadi penyair sastra terkenal.
Meskipun Zuo Fen adalah seorang gadis, namun ayahnya memastikan bahwa dia harus menerima pendidikan yang sangat baik dalam sejarah dan sastra.
Zuo Fen digambarkan memiliki penampilan yang sederhana, namun dikenal memiliki bakat sastra.
Inilah yang menarik perhatian Kaisar Wu, pendiri Dinasti Jin Barat.
Kaisar Wu menginginkan Zuo Fen menjadi salah satu istri kekaisarannya.
Lalu, pada tahun 272 M, Zuo Fen memasuki harem Kaisar dan diangkat menjadi ‘Wanita Berbudidaya’.
Ini merupakan pangkat tertinggi kedua di bawah permaisuri, dan membuat keluarganya pindah ke ibukota untuk berada di dekatnya.
Selir Zuo Fen suka tinggal di ruang kerjanya untuk menulis karya sastra.
Kaisar sering mengunjunginya dan senang mendiskusikan puisi dengannya.
Dia sering berpartisipasi dalam acara istana seperti kelahiran, pemakaman, dan pernikahan, dengan menulis puisi, odes, eulogi, dan esai.
Selir Zuo Fen menulis ‘A Rhapsody on Feeling of Separation’, yang berisi rasa sesalnya bagaimana dia harus dikurung di istana dan dipaksa menjalani kehidupan kekaisaran.
Salah satu kalimatnya adalah ‘kerabat tulang dan daging, sekarang seolah-olah orang asing.’
Selir Zuo Fen juga berinteraksi dengan saudara laki-lakinya, Zuo Si, melalui puisi.
Zuo Si menulis ‘Puisi untuk kakak yang berangkat’, di mana dia menyesali betapa dia merindukan saudara perempuannya yang tercinta itu.
Selir Zuo Fen menanggapi saudaranya itu dengan menulis ‘Ratapan keberangkatan’.
Puisi tersebut mengungkapkan kesedihannya karena meninggalkan keluarganya.
Baris puisinya yang terkenal adalah ‘Aku pernah sedih dan sedih, aku hanya bisa menangis ke surga.’
Selir Zuo Fen akhirnya dipromosikan menjadi ‘Selir Mulia’ yang merupakan pangkat tertinggi di bawah permaisuri.
Selir Mulia Zuo Fen meninggal pada 23 April 300 M.
Pada 24 Mei 300 M, dia dimakamkan di Mausoleum Junyangling.
Selir Mulia Zuo Fen menulis dua puluh empat puisi, namun lebih dari setengah puisinya memuji pencapaian manusia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari