Intisari - Online.com - Sastrawan Indonesia adalah para tokoh yang berhasil menceritakan ulang sejarah Indonesia dengan balutan cerita fiksi yang mendebarkan.
Seperti contohnya Pramoedya Ananta Toer yang dengan cermat menuliskan kudeta Ken Arok terhadap kerajaan Kediri dalam Arok Dedes, dan kisah Tetralogi Buru yang menceritakan kondisi Indonesia pasca kemerdekaan.
Selain Pram, penulis sastra realis Indonesia yang ceritanya memukau karena terinspirasi dari kebenaran adalah Y. B. Mangunwijaya, yang sering pula disebut sebagai Romo Mangun.
Salah satu karya sastra memukau Romo Mangun adalah Trilogi Rara Mendut, terdiri dari Roro Mendut (diterbitkan 1983), Genduk Duku (diterbitkan 1987), dan Lusi Lindri (diterbitkan 1994).
Rara Mendut sendiri adalah tokoh yang cukup kontroversial.
Melansir Tribun Jogja, tentang Rara Mendut ada beberapa kesamaan di sejumlah versi.
Dia perempuan yang konon seksi, sensual, cantik jelita, berasal dari kampung nelayan di pesisir Kadipaten Pati (Kabupaten Pati sekarang).
Kisahnya berkelindan dengan drama seru pemberontakan Adipati Pragola (II), yang angkat senjata menentang kekuasaan Sultan Agung di Kerta (Mataram).
Pragola (II) ini sesungguhnya masih saudara sepupu dengan Raden Mas Jolang (Sultan Agung).
Pragola adalah anak Pangeran Puger, putra Panembahan Senopati yang mendirikan tahta Mataram di Kotagede.
Sesudah Sultan Agung bertahta, Puger jadi Adipati Demak, yang kemudian angkat senjata sebelum ditumpas.
Nah, kematian Pangeran Puger ini rupanya membawa dendam di benak Adipati Pragola (II).
KOMENTAR