Qatar tampaknya sedang menapaki jalur sempurna untuk memperkaya negara, dengan jumlah kekayaan per kapita lebih besar dari Swiss atau AS.
Bukan hanya dari Eropa, permintaan LNG juga tumbuh di negara-negara belahan bumi lain.
Saat ini, hampir 80 persen ekspor LNG Qatar ke Asia, dengan Korea Selatan, India, China, dan Jepang sebagai pembeli utama.
Dan berdasarkan volume pasar, China menjadi importir LNG terbesar di dunia setelah menandatangani kesepakatan dengan Qatar untuk jangka waktu 15 tahun.
Dengan meningkatnya permintaan dari pasar Asia dan Eropa, para ahli memprediksi, Qatar kini berada di posisi terbaik untuk meraih kontrak yang menguntungkannya.
Qatar juga pintar mencuri hati AS, yang selama ini terkenal atas hubungan diplomatiknya dengan Arab Saudi di Timur Tengah.
Sejak Joe Biden berkuasa,Qatar akan segera memiliki posisi penting di hubungan AS dan GCC di masa depan, dan dapat menjadi jembatan politik antara keduanya.
Qatar telah dikesampingkan selama 4 tahun masa jabatan Donald Trump, menjadikan negara ini jauh dari pengaruh Trump.
Lebih unggulnya lagi, Qatar diberi julukan promotor kebebasan berekspresi dan demokrasi, dengan menolak menutup kantor Al Jazeera setelah diblokir oleh Arab Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir.
Qatar juga terbukti memenangkan hubungan dengan Taliban meskipun selama periode pemerintahan Taliban antara 1996-2001, Qatar tidak mengakui Taliban.
Namun Qatar menjaga interaksi yang luas dengan Taliban,sehingga pada tahun 2013, dengan izin Amerika Serikat, membuka kantor politik Taliban di Doha.
Qatar dengan demikian mampu menjadi pusat negosiasi dengan Taliban karena mampu menjalin hubungan yang baik dan netral dengan semua pihak.
Dr. Mohammad Salami, pakar Geopolitik, dalam artikelnya yang diterbitkan di Eurasiareview.com, Rabu (1/9/2021), mengatakan bahwa Qatar telah menjadi penengah diplomatik dan perantara perdamaian dalam beberapa tahun terakhir.
KOMENTAR