Intisari-Online.com- Manusia memang gemar mengaitkan peristiwa-peristiwa dahsyat dengan menggunakan referensi dari ramalan, mimpi, dan fenomena spiritual lainnya.
Prabu Jayabaya adalah seorang raja sekaligus pujangga legendaris, menulis ramalan pada masa lampau yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia hingga sekarang yakni Ramalan Jangka Jayabaya.
Dalam ramalannya, Raja Kediri itu salah satunya menyebutkan beberapa ciri, sifat dan karakter Satria Piningit sang Ratu Adil yang bakal memimpin negara.
Dikalangan masyarakat luas banyak yang menyamakan makna antara Satria Piningit dan Ratu Adil, fakta itu tidak sepenuhnya salah karena makna keduanya memang saling berkaitan.
Secara harfiah Satria Piningit diartikan ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman.
Secara substansial, Ksatria itu adalah karakter atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, sedangkan Piningit masih dipingit atau dirahasiakan dalam hal ini dimaksudkan oleh zaman.
Oleh sebab itu, masyarakat hanya bisa berasumsi dan menduga-duga atau menafsir istilah tersebut.
Demikian halnya, Ratu Adil secara harfiah dapat diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.
Akan tetapi, seorang pemimpin yang dipandang sebagai Satria Piningit belum tentu dapat menjadi Ratu Adil.
Hal itu karena untuk menjadi Ratu Adil tentu harus bersikap adil dan peduli kepada seluruh rakyat yang dipimpinnya, tidak mementingkan diri sendiri atau kelompok dan golongan yang mendukungnya, kebijakannya semata-mata hanya untuk melindungi bukan sebaliknya memeras rakyat.
Gabungan dari kedua istilah itu kemudian muncul istilah satria piningit sinisihan wahyu ratu adil yang juga mencerminkan karakter seorang pemimpin.
Dari ciri, sifat dan karakter yang disebutkan lebih merujuk kepada model kepemimpinan dari suatu Negara yang pemimpinnya mampu menegakkan keadilan.
Merujuk pada dokumen lain misalnya dalam kitab Musarar hasil gubahan Sunan Giri Prapen (bait.159) yang juga bersumber dari jangka Jayabaya.
Kitab Musarar adalah konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil dan makmur sebagai penggambaran sosok Ratu Adil.
Demikian halnya dalam penggambaran kehadiran Satrio Piningit (satria penolong tersembunyi) ditandai munculnya Ratu Adil.
Masih menurut ramalan Jayabaya, symbol kemunculannya ditandai beberapa tahap dari suatu peristiwa diantaranya; senapati, bajanegara, dan natanegara.
Pertama, pada simbol senapati terdapat kejadian berupa bencana alam yang menewaskan banyak orang.
Kedua, symbol bajanegara, menggambarkan bahwa ksatria sang ratu adil dapat mengatasi masalah itu.
Ketiga, pada simbol natanegara, menjalin relasi dengan para leluhur sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup Negara.
Satria piningit sang ratu adil dapat memperbaiki peradaban yang kacau.
Salah satunya dilakukan dengan mengganti tatanan Negara lama dengan yang baru disebabkan karena yang lama cenderung menguntungkan pihak penguasa dan justru merugikan rakyat.
Pemimpin tersebut menggunakan 4 elemen dari alam sebagai senjata:
1. Air untuk meneggelamkan lawan-lawannya.
2. Api untuk menghanguskan keangkaramurkaan.
3. Tanah untuk mengubur para musuh.
4Langit sebagai perisai atau pelindung.
Jayabaya sendiri berkuasa antara tahun 1135-1159.
Para masa pemerintahannya, ia berhasil membawa Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaaan.
(Sumber:Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Volume 21 No 1 April 2021)
(*)