4. Peluncur granat melawan Stalin
Bisa dibilang, upaya paling siap untuk hidup Stalin dipercayakan kepada agen intelijen Jerman Pyotr Tavrin (nama asli Shilo), melansir Russia Beyond.
Dia dilengkapi dengan pistol dengan satu set peluru beracun dan peledak, serta peluncur granat Panzerknacker portabel.
Dipasang di lengan, peluncur granat portabel itu bisa menembus baju besi 40 mm dari jarak hingga 300 meter.
Komandan kompi senapan mesin, Tavrin membelot ke Jerman pada Mei 1942 (menurut sumber lain, ia ditangkap).
Siap bekerja sama dengan Nazi, ia diterima di pusat intelijen Zeppelin, di mana ia menjalani pelatihan khusus di bawah pengawasan profesional operasi khusus No. 1 Jerman, Otto Skorzeny.
“Skorzeny menjelaskan kepada saya kualitas pribadi apa yang harus dimiliki seorang teroris,” kata Tavrin kepada petugas keamanan Soviet selama interogasi.
Tavrin dikeluarkan dengan beberapa ID militer dan penghargaan yang diambil dari tawanan perang, termasuk bintang Pahlawan Uni Soviet.
Dia seharusnya pergi ke Moskow sebagai mayor kontra intelijen SMERSH, tetapi melegalkan dirinya di ibukota sebagai perwira Tentara Merah yang sedang cuti setelah terluka.
Penyabot berencana menetapkan lokasi para pemimpin negara Soviet dan rute kendaraan pemerintah.
Pilihan terbaik untuk ‘Pahlawan Uni Soviet’ adalah diundang ke acara resmi di Kremlin dan berada di dekat Stalin, lalu pilihan lain adalah meledakkan mobil pemimpin Soviet di jalan dengan peluncur granat.
Namun, hal-hal tidak berjalan sesuai rencana di Berlin. Pada malam tanggal 5 September 1944, sebuah pesawat angkut Arado Ar 232 yang membawa sekelompok penyabot, termasuk Tavrin dan operator radionya (dan istrinya) Lidia Shilova, ditembak jatuh oleh pertahanan udara Soviet di atas Wilayah Smolensk.
Setelah turun dari pesawat yang mendarat darurat, para penyabot berusaha keluar dari area berbahaya secepat mungkin, tetapi hampir semuanya ditahan oleh petugas keamanan Soviet.
Setelah interogasi, pasangan itu menjadi bagian dari 'Operasi Kabut', sebuah permainan radio yang dimulai oleh kontra intelijen Soviet melawan Jerman.
Hingga April 1945, Tavrin secara teratur menghubungi supervisornya di Third Reich, mencoba meyakinkan mereka bahwa dia aktif bekerja untuk menyelesaikan tugasnya.
Selama operasi, beberapa kelompok sabotase Jerman yang diterjunkan ke wilayah Soviet dinetralkan.
Ketika perang usai, Pyotr Tavrin dan Lidia Shilova didakwa melakukan makar dan melakukan tindakan terorisme terhadap rezim Soviet, kemudian mereka dieksekusi pada tahun 1952.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR