Intisari - Online.com -Pentagon telah membantah laporan media yang menunjukkan bahwa pihaknya telah berbagi intelijen dengan Ukraina untuk secara khusus menargetkan pejabat tinggi militer Rusia.
“Amerika Serikat menyediakan intelijen medan perang untuk membantu Ukraina mempertahankan negara mereka,” kata sekretaris pers Pentagon John Kirby dalam konferensi pers pada hari Kamis dilansir dari RT.
"Kami tidak memberikan informasi intelijen tentang lokasi pemimpin militer senior di medan perang atau berpartisipasi dalam keputusan penargetan militer Ukraina," tambah Kirby.
Pada saat yang sama, Kirby mengakui bahwa Kiev "menggabungkan" intelijen yang didapatnya dari berbagai sumber yang tidak ditentukan untuk mengambil "keputusannya sendiri", tampaknya mengalihkan kesalahan atas pembunuhan yang dilaporkan terhadap jenderal Rusia ke Ukraina sendiri.
“Ukraina menggabungkan informasi yang kami dan mitra lain berikan dengan intelijen yang mereka kumpulkan sendiri, dan kemudian mereka membuat keputusan sendiri dan mereka mengambil tindakan sendiri,” katanya.
Pernyataan Kirby menggemakan pernyataan yang dibuat oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson, yang juga bersikeras bahwa intelijen AS tidak diberikan kepada pasukan Ukraina "dengan maksud untuk membunuh para jenderal Rusia."
Bantuan AS yang sekarang ditolak dalam menargetkan pejabat tinggi Rusia pertama kali dilaporkan oleh New York Times.
Surat kabar itu mengatakan Washington memberi Kiev informasi tentang markas militer bergerak Rusia, mengutip pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya.
Ukraina kemudian menggabungkan data tersebut dengan intelijennya sendiri, melakukan serangan yang konon menewaskan sejumlah perwira komandan Rusia yang tidak ditentukan.
Rusia menyerang negara tetangga itu menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.