Upacara pernikahan bergaya kekaisaran diadakan di Kota Terlarang sebelum fajar menurut adat Manchu.
Di awal pernikahan, Wanrong dan Puyi rukun.
Mereka sering menulis surat dalam bahasa Inggris satu sama lain di mana Wanrong selalu menandatangani dengan nama Inggrisnya Elizabeth.
Namun, Wanrong memiliki kehidupan yang tragis setelahnya.
Pada tahun 1924, kudeta Beijing yang diluncurkan oleh Feng Yuxiang memaksa Puyi dan Wanrong melarikan diri dari Kota Terlarang ke Tianjin di mana Wanrong menjadi kecanduan opium.
Wanrong, seorang wanita modern, mengenakan cheongsam, sepatu hak tinggi, rambutnya dikeriting dan berbelanja secara royal.
Pernikahan yang tidak bahagia itu tidak menghilangkan belas kasihannya kepada orang miskin.
Pada tahun 1923, Wanrong menyumbangkan 600 dolar perak kepada sebuah organisasi yang membantu korban bencana.
Ia juga menyumbangkan kalung mutiara dan koin perak kesayangannya untuk para korban banjir Sungai Kuning tahun 1931.
Pada tanggal 1 Maret 1932, Puyi dilantik oleh Jepang sebagai kaisar nominal “Manchukuo,” sebuah rezim boneka.
Pindah dari Tianjin ke Lushun, Dalian dan Changchun, Wanrong beberapa kali mencoba melarikan diri dari pengawasan Jepang tetapi gagal.
Dua tahun kemudian, Wanrong dianugerahi gelar Permaisuri Manchukuo oleh Jepang.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR