Nikahi Kaisar Terakhir China, Kehidupan Wanrong Justru Berantakan, Skandal Perselingkuhan hingga Kematian Bayinya Membuatnya Berakhir Tragis

Tatik Ariyani

Editor

Gobulo Wanrong, permaisuri terakhir di Tiongkok
Gobulo Wanrong, permaisuri terakhir di Tiongkok

Intisari-Online.com -Wanrong adalah Permaisuri Puyi, kaisar terakhir China.

Sebagai seorang Manchu, dia disebut dengan nama aslinya — Wanrong, bersama dengan nama kehormatannya Muhong.

Wanrong juga memiliki nama Inggris, Elizabeth.

Melansir Shine.cn, Wanrong lahir di klan Gobulo.

Lahir dari keluarga bangsawan pada tahun 1906, Wanrong menerima pendidikan yang baik berkat ayahnya yang berpikiran terbuka, Gobulo Rongyuan, Menteri Dalam Negeri pada Dinasti Qing (1644–1911).

Sang ayah mendukung kesetaraan gender dan bersikeras bahwa anak perempuan memiliki akses yang sama ke pendidikan.

Terampil dalam kaligrafi, sastra, musik dan lukisan, gadis berbakat itu tidak hanya belajar budaya China tetapi juga Barat.

Rongyuan mempekerjakan Isabel Ingram, putri seorang misionaris Kongregasi Amerika, sebagai guru bahasa Inggris.

Ibu Wanrong adalah Aisin-Gioro Hengxin, putri keempat Yuzhang dan cucu Puxu.

Dikenal sebagai "putri keempat," Hengxin meninggal saat melahirkan Wanrong.

Pada tahun 1911, Dinasti Qing digulingkan oleh Republik Tiongkok tetapi gelar dan perawatan kekaisaran tetap ada.

Pada tanggal 1 Desember 1922, Wanrong menikahi Puyi.

Upacara pernikahan bergaya kekaisaran diadakan di Kota Terlarang sebelum fajar menurut adat Manchu.

Di awal pernikahan, Wanrong dan Puyi rukun.

Mereka sering menulis surat dalam bahasa Inggris satu sama lain di mana Wanrong selalu menandatangani dengan nama Inggrisnya Elizabeth.

Namun, Wanrong memiliki kehidupan yang tragis setelahnya.

Pada tahun 1924, kudeta Beijing yang diluncurkan oleh Feng Yuxiang memaksa Puyi dan Wanrong melarikan diri dari Kota Terlarang ke Tianjin di mana Wanrong menjadi kecanduan opium.

Wanrong, seorang wanita modern, mengenakan cheongsam, sepatu hak tinggi, rambutnya dikeriting dan berbelanja secara royal.

Pernikahan yang tidak bahagia itu tidak menghilangkan belas kasihannya kepada orang miskin.

Pada tahun 1923, Wanrong menyumbangkan 600 dolar perak kepada sebuah organisasi yang membantu korban bencana.

Ia juga menyumbangkan kalung mutiara dan koin perak kesayangannya untuk para korban banjir Sungai Kuning tahun 1931.

Pada tanggal 1 Maret 1932, Puyi dilantik oleh Jepang sebagai kaisar nominal “Manchukuo,” sebuah rezim boneka.

Pindah dari Tianjin ke Lushun, Dalian dan Changchun, Wanrong beberapa kali mencoba melarikan diri dari pengawasan Jepang tetapi gagal.

Dua tahun kemudian, Wanrong dianugerahi gelar Permaisuri Manchukuo oleh Jepang.

Pasangan itu tinggal di istana sementara di Changchun yang sekarang menjadi Museum Istana Kekaisaran "Manchukuo."

Seperti burung dalam sangkar emas, permaisuri boneka tidak memiliki kebebasan atau cinta Puyi dan menderita penyakit mental serta kecanduan opiumnya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Wanrong berselingkuh dengan dua pembantu Puyi, Li Tiyu dan Qi Jizhong, dan bahkan melahirkan seorang bayi perempuan pada tahun 1935.

Namun, bayi itu meninggal. Ada dua versi kematianbayi itu.

Salah satunya adalah bahwa Puyi sangat marah sehingga dia melemparkan bayi itu ke dalam ketel (boiler) tetapi kemudian berbohong kepada Wanrong bahwa gadis itu dibesarkan oleh saudara laki-lakinya.

Versi yang lainmengatakan bahwa bayi perempuan itu lahir mati dan dibuang ke ketel oleh Puyi.

Kematian putrinya merupakan pukulan besar bagi Wanrong, yang menjadi gila dan mengisolasi dirinya dari dunia luar.

Dalam penderitaan mental dan fisik yang parah, Wanrong menyalahkan ayahnya karena telah menghancurkan hidupnya demi kariernya sendiri.

Pada tahun 1946, Wanrong meninggal di penjara di Yanji, Provinsi Jilin. Situs makamnya tidak diketahui.

Puyi mengetahui kematiannya dari surat yang dikirim oleh saudaranya Pujie tiga tahun kemudian, tetapi tidak menunjukkan emosi.

Setelah kematian Puyi dan dengan izin dari saudara laki-laki Wanrong, Runqi, upacara pemakaman ritual dilakukan.

Upacara itu untuk memanggil kembali roh Wanrong untuk dikebumikan bersama Puyi di Pemakaman Kekaisaran Hualong di Provinsi Hebei.

Baca Juga: Sosoknya Sering Tertukar dengan Pelacur Termasyhur China, Inilah Selir Donggo, Kematian Alaminya Bikin Kaisar Shunzhi Kudu Diawasi 24 Jam oleh Rakyatnya

Baca Juga: Berbekal 'Rumus Matematika' Ini, Kaisar China Kuno Berhasil Tiduri 121 Wanita Setiap 15 Hari, Stamina 'Petualangan Ranjang' Juga Dilihat dari Perhitungan Bulan Purnama

Artikel Terkait