Hynek juga membedakan tiga kategori pengamatan UFO: Ada UFO Malam Hari (Nocturnal UFO), Piring Terbang Siang Hari (Daylight Discs), dan Penglihatan Lewat Radar (Radar Visual), yang laporannya berdasarkan pengamatan pada radar digabungkan dengan pengamatan visual.
Kedekatan pertemuan oleh Hynek sebenarnya telah dibedakan antara pertemuan jarak dekat jenis pertama (tidak ada interaksi dengan lingkungan), pertemuan jarak dekat jenis kedua (ada pengaruh terhadap lingkungan, seperti: tumbuhan terbakar dan hangus, dahan dilaporkan patah, binatang ketakutan, mobil tiba-tiba mogok, radio tak berbunyi. Pada beberapa kasus semuanya kembali normal ketika UFO telah meninggalkan tempat itu), dan pertemuan jarak dekat jenis ketiga (kehadiran “penumpang” UFO dilaporkan).
Nah, The Abduction Study Conference yang akan diselenggarakan di MIT ini akan mempelajari pertemuan jarak dekat jenis keempat, sebuah kategori yang tidak diantisipasi oleh Hynek. Pada tahapan ini, seseorang atau beberapa individu didekati oleh “penumpang” pesawat ruang angkasa. Orang itu berkomunikasi dengan si “penumpang” untuk menjalani suatu pemeriksaan sebelum dikembalikan ke asalnya. Lama kontak biasanya berkisar 1 - 2 jam.
Siapa yang mengalami penculikan? “Bisa siapa saja,” kata Thomas E. Bullard, penulis artikel “On Stolen Time: A Summary of a Comparative Study of the UFO Abduction Mystery”. Si terculik bisa berasal dari lapisan tingkat pendidikan maupun strata pekerjaan apa pun. Hanya saja, statistik berbicara bahwa dua pertiga terculik berjenis kelamin laki-laki. Dari 309 kasus, 76%-nya dialami oleh orang yang sedang sendirian.
Temuan Bullard yang mengejutkan, risiko diculik ternyata lebih condong pada usia muda. “Jika Anda berumur lebih dari 30 tahun dan belum pernah diculik, jangan khawatir. Penculikan memang menyerang pada rentang usia dari bayi hingga umur 77 tahun, tapi menurun tajam pada usia di atas 30 tahun,” tulis Bullard.
Mengalihkan perhatian dengan suara mendengung
“Selamat datang di kesempatan luar biasa ini,” begitu sambuatan awal John E. Mack saat konferensi resmi di buka. Mack tidak berpendapat bahwa penjelasan makhluk asing itu salah, tapi kurang lengkap. “Benar atau salah, yang jelas keberadaan konferensi ini membuktikan indikasi yang kuat bahwa hipotesis mengenai ET (extra terrestrial) tidak akan diabaikan.”
Berikutnya, Mark Rodeghier, direktur bagian penyelidikan J. Allen Hynek Center for UFO Studies yang bermarkas di Chicago, mencoba mendefinisikan orang yang diculik. “Orang itu harus diambil paksa, berasal dari Bumi, dan oleh makhluk yang bukan manusia.” Selain itu, orang tadi harus menjadi subjek dalam pengujian fisik, terlibat dalam komunikasi (baik verbal maupun telepatis), atau kedua-duanya.
Dalam sesei selanjutnya, Tom Benson memaparkan proses penculikan berdasarkan seratusan kasus selama 40 tahun terakhir. Pertama, perhatian orang yang akan diculik dialihkan dengan cahaya terang yang menyorot atau berkedip-kedip, atau mendengar suara yang tidak lazim. Piring terbang yang mendengung, menurut Benson, adalah upaya memfokuskan pikiran orang itu pada UFO. “Apakah ini satu cara untuk masuk ke alam pikiran orang yang yang jadi sasaran sebelum menculiknya?” tanya Benson.
Kedua, objek biasanya diperhatikan dalam jarak yang dekat. Kemudian si calon terculik memiliki dorongan yang kuat – atau bisa jadi perintah komunikasi – untuk bergerak ke tempat yang dekat. Keempat, objek kemudian terlihat mulai mendarat. Tak ada sesuatu yang bisa diamati. Banyak terculik yang menggambarkan piring terbang itu berwarna “merah-jingga” dan bilang ada efek pancaran cahaya baik di luar maupun di dalam. Meski ukuran cahaya yang mengitari benda itu bervariasi, para terculik umumnya sependapat bahwa benda itu berputar melawan arah jarum jam.
Kelima, sesuatu benda muncul. Pesawat mungkin mendarat atau melayang. Keenam, si calon terculik pun dimasukkan ke pesawat.
Benson mengakhiri presentasinya dengan menyatakan, penelitian selanjutnya diperlukan untuk menguji hipotesis bahwa pertemuan jarak dekat khas UFO sangat erat kaitannya dengan penculikan – suatu kesimpulan yang dicurigai banyak peneliti.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR