Intisari-Online.com - Sebuah objek bernama 1l/Oumuamua awalnya dipercaya sebagai objek antarbintang pertama yang terdeteksi si tata surya.
Objek antarbintang tersebut ditemukan pada Oktober 2017.
Itu digambarkan sebagai bentuk "pemadam api merah muda raksasa" dan terlihat oleh teleskop Pan-STARRS di Hawaii.
Namun, hal mengejutkan ditemukan peneliti ketika mempelajari lebih lanjut hal tersebut.
Rupanya, sebelum objek yang ditemukan pada 2017, lebih dulu meteor antarbintang menabrak bumi pada 2014 lalu di Papua Nugini.
Fakta tersebut terungkap baru-baru ini, setelah hampir satu dekade berlalu dari peristiwa tersebut.
Informasi tersebut baru terungkap setelah dua peneliti mempublikasikan makalah mereka.
Mereka adalah Dr. Amir Siraj dan Dr. Abraham Loeb dari Departemen Astronomi Universitas Harvard.
Selama ini mereka kesulitan untuk menerbitkannya.
Dilansir CBS News, Jumat (15/4/2022), para peneliti tersebut kesulitan menerbitkan makalah, karena mereka menggunakan informasi rahasia dari pemerintah.
Setelah mempelajari objek yang ditemukan pada 2017, Oumyamua, Siraj dan Loeb malah menyadari bahwa bola api Pulau Manus yang jatuh pada 2014 merupakan meteor antarbintang pertama yang menabrak Bumi.
Objek luar angkasa apa pun yang bergerak lebih dari 42 kilometer per detik mungkin berasal dari ruang antarbintang.
Siraj mengatakan data menunjukkan meteor di Pulau Manus 2014 menghantam atmosfer Bumi dengan kecepatan sekitar 45 kilometer per detik.
Setelah penelitian lebih lanjut dan bantuan dari ilmuwan lain, termasuk informasi rahasia dari pemerintah tentang keakuratan atau tingkat presisi data, Siraj dan Loeb menentukan dengan kepastian 99,999% bahwa objek yang ditemukan pada 2014 itu adalah antarbintang.
Tetapi makalah mereka tentang temuan itu ditolak, karena mereka hanya melakukan percakapan pribadi dengan pegawai pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya untuk mengonfirmasi keakuratan data.
Barulah setelah makalah mereka sampai ke tangan yang tepat, fakta tersebut dapat diteruskan untuk diketahui dunia.
Baca Juga: Tanggalan Jawa April 2022, Lengkap dengan Weton Pasaran hingga Wuku untuk Merencanakan Acara Anda
Matt Daniels, yang saat itu bekerja untuk Kantor Menteri Pertahanan, membaca makalah tersebut dan membantu para peneliti mendapatkan konfirmasi resmi dari pemerintah.
Konfirmasi itu didapat dari Letnan Jenderal John Shaw, wakil komandan Angkatan Luar Angkasa AS, dan Joel Mozer, kepala ilmuwan dari Komando Operasi Luar Angkasa.
"Tiga tahun setelah penemuan asli kami, objek pertama yang berasal dari luar tata surya yang diamati menabrak Bumi (meteor antarbintang pertama yang diketahui) telah diakui secara resmi," tulis Siraj.
Dilansir Scientific American, pada 8 Januari 2014 pukul 17:05:34 UT, sebuah batu dari luar angkasa melesat melintasi langit di lepas pantai Pulau Manus, Papua Nugini.
Batu itu terbakar dengan energi yang setara dengan sekitar 110 metrik ton TNT.
Hujan puing-puingnya masuk ke kedalaman Samudra Pasifik.
Meteor biasa memasuki atmosfer Bumi, akan tetapi yang tidak biasa dari meteor tersebut adalah kecepatannya yang sangat tinggi, arahnya yang tidak biasa sehingga bertemu planet ini, serta asalnya dari ruang antarbintang.
Sensor pada satelit rahasia pemerintah AS yang dirancang untuk mendeteksi peluncuran rudal asing adalah satu-satunya saksi bola api tersebut.
Karena kerjasama dari Departemen Pertahanan AS dan NASA, akhirnya data yang menggambarkan peristiwa tersebut dibagikan ke database publik oleh Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS).
Dari sanalah peneliti Amir Siraj, yang terlibat dalam penelitian meteor pada April 2019, mengetahui hal tersebut.
Ia mengetahui melalui penasihat akademisnya di Harvard, yaitu ahli astrofisika Avi Loeb, yang membawa katalog bola api CNEOS kepadanya.
Disebut, sifat antarbintang objek 2014 itu membawa konsekuensi yang menarik.
Menurut Siraj, ada kemungkinan lebih banyak meteor antarbintang yang dapat ditemukan.
Kecepatannya yang relatif tinggi menunjukkan bahwa meteor itu bisa saja dikeluarkan dari jauh di dalam sistem planet lain, yang relatif dekat dengan bintangnya.
Hal itu mengejutkan karena sebagian besar objek antarbintang justru berasal dari daerah circumstellar yang jauh di mana kecepatan lepasnya lebih rendah, yaitu awan komet yang ada di pinggiran banyak sistem bintang.
Penyelidikan lebih lanjut dari sifat yang diamati dari meteor 2014 dapat mengungkapkan wawasan baru tentang lingkungan antarbintang lokal.
Mengamati meteor antarbintang yang terbakar secara real time akan memungkinkan untuk mempelajari komposisinya, menghasilkan wawasan baru tentang kimia sistem planet lain.
Saat ini Siraj bekerja sama dengan Alan Stern, penyelidik utama misi New Horizons NASA, sedang mengembangkan konsep misi luar angkasa ke beberapa objek antarbintang di masa depan.
(*)