Tsar Perempuan Yekaterina, Memodernisasi Rusia Tapi Dicap Tukang Selingkuh dan Bejat

Tatik Ariyani

Penulis

Yekaterina yang Agung
Yekaterina yang Agung

Intisari-Online.com -Rusia diperintah oleh seorang penguasa wanita yaitu Yekaterina yang Agung pada abad ke-18.

Yekaterina menjadi penguasa wanita terlama dalam sejarah Kekaisaran Rusia.

Yekaterina merupakan seorang politisi yang cerdik, yang memperluas perbatasan Rusia ketika mencoba merestrukturisasi pemerintahan.

Yekaterina terlahir sebagai Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst pada tahun 1729, ia adalah putri seorang pangeran Prusia yang miskin.

Meskipun keluarganya kekurangan uang, mereka terikat dengan dua keluarga paling berpengaruh di Jerman—Anhalts dan Holsteins.

Sophie muda dididik di rumah oleh tutor. Ia menjalani masa kecil yang keras dan tidak menarik.

Di usia sepuluh tahun, Sophie diperkenalkan kepada calon suami yang dipilih untuknya oleh keluarganya.

Ia adalah sepupu keduanya Charles Peter Ulrich dari Schleswig-Holstein-Gottorp yang kemudian dikenal sebagai Peter III.

Peter III merupakan calon tsar Rusia masa depan, ia ditunjuk oleh bibinya Elizabeth, yang saat itu menjadi Kaisar Rusia.

Elizabeth belum menikah, tidak memiliki anak, dan membutuhkan ahli waris.

Sehingga, ia menunjuk Peter untuk melanjutkan takhta dan Sophie sebagai istrinya.

Pernikahan tsar Rusia dengan putri Prusia bertujuan untuk memperkuat persahabatan monarki Rusia dengan Prusia.

Selain itu juga untuk menghancurkan pengaruh Austria atas Kekaisaran Rusia.

Sophie tidak menyukai calon suaminya, tetapi tahu apa yang diharapkan darinya.

Dia bekerja keras agar disukai oleh Tsarina Rusia Elizabeth.

Untuk mempersiapkan masa depannya, Sophie belajar bahasa, pindah ke Ortodoksi Timur, dan mengubah namanya menjadi Yekaterina atau Catherine.

Pada 1745, keduanya menikah saat Yekaterina berusia 16 tahun.

Tujuh belas tahun kemudian, Peter III akhirnya menjadi tsar Rusia.

Saat itu Peter hanya memiliki sedikit sekutu, dan istrinya tidak berada di antaranya. 6 bulan setelah berkuasa, Peter III melakukan perjalanan ke Jerman.

Yekaterina memanfaatkan ketidakhadiran tsar untuk menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal Rusia. Peter III meninggal tidak lama setelahnya.

Yekaterina memperluas perbatasan Rusia secara signifikan selama masa pemerintahannya.

Ini termasuk pencaplokan Krimea, Ukraina, Lithuania, Polandia, dan wilayah sekitarnya.

Populasi Rusia bertambah hampir dua kali lipat selama ia berkuasa.

Sang Tsarina juga berusaha untuk memodernisasi pemerintahan dan hukum Rusia.

Namun ia mengalami banyak pertentangan dari para bangsawan yang keberatan dengan kelonggaran undang-undang terhadap budak.

Hukum tidak pernah berlaku dan di bawah pemerintahannya, kaum bangsawan meningkatkan kekuasaannya atas pelayan kontrak mereka.

Dia meninggal pada tahun 1796 setelah 34 tahun memerintah.

Pemerintahannya yang berumur panjang dan kecerdikannya dalam berpolitik membuatnya digelari "Yang Agung”.

Yekaterina juga mendukung perkembangan seni dan budaya Rusia.

Di balik kecerdikan dan ketangguhannya, Yekaterina juga memiliki sisi kelam.

Yekaterina dicap sebagai seorang hiperseks yang bejat dan ia kerap melakukan perselingkuhan.

Yekaterina mengangkat beberapa kekasih di kabinetnya, namun ia tidak menikah lagi.

Perselingkuhannya inilah yang digunakan oleh para musuh untuk menjatuhkannya.

Kemungkinan besar mereka takut akan kekuatan politiknya sehingga menggunakan isu ini.

Salah satu musuh politiknya, Baron de Breteuil, bahkan menyatakan bahwa Yekaterina menggunakan semua jenis ambisi dalam dirinya.

Secara pribadi, Yekaterina didorong oleh cita-cita Abad Pencerahan yang didominasi oleh gerakan intelektual dan filosofis.

Baca Juga: Memalukan! Bak Kisah Putri Kerajaan Eropa, Ini Kisah Tragis Putri Azza Binti Faisal, Kawin Lari dengan Kekasihnya yang Pelayannya, Ganti Nama dengan ‘Anastasia’ Terinspirasi Putri Tsar Nicholas II

Baca Juga: Ratu Inggris Ini Disebut Nenek dari Eropa, Ternyata Beginilah Bagaimana Ratu Victoria yang Naik Tahta di Usia 18 Tahun Bisa Menjadi Nenek dari Raja Jerman, Raja Inggris dan Tsar Rusia

Artikel Terkait