Pantas NATO Tetap Tenang Meski Senjata Nuklir Rusia Paling Banyak, Gudang Senjata Nuklir NATO Akhirnya Terungkap, 'Rusia Tidak Bisa Menang!'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Perang Rusia di Ukraina terus menimbulkan kekhawatiran di seluruh Eropa.

Perang Rusia di Ukraina itu juga membuatFinlandia dan Swedia mengambil langkah besar untuk menjadi anggota terbaru NATO minggu ini.

Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin, mengatakan pada hari Rabu bahwa negaranya, yang berbagi perbatasan 1.300 km dengan Rusia, akan memutuskan apakah akan mendaftar untuk bergabung dengan aliansi atau tidak.

Swedia juga sama. Politisi Swedia Magdalena Andersson menambahkan bahwa tidak ada gunanya menunda analisis apakah tepat bagi Swedia untuk mengajukan keanggotaan NATO.

Kedua negara sangat menyadari ancaman yang dapat ditimbulkan Rusia kepada anggota non-NATO.

Terutama setelah tokoh Kremlin mengancam Finlandia dan Swedia dengan "konsekuensi militer" jika mereka mencoba bergabung dengan aliansi.

Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (15/4/2022), agresi Rusia telah meninggalkan banyak ketakutan bahwa dunia bisa menuju konflik antara dua kekuatan nuklir.

Saat ini, adatiga negara NATO memiliki senjata nuklir, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.

AS memiliki 5.550 senjata nuklir, 1.389 di antaranya aktif, 2.361 tersedia, dan 1.800 sudah pensiun.

Sementara Prancis memiliki 290 senjata nuklir aktif dan Inggris memiliki 225 senjata nuklir.

Masalahnya adalahRusia memiliki senjata nuklir paling banyak dari negara mana pun di dunia.

Di mana Vladimir Putin memiliki 6.257 senjata nuklir.

Dari jumlah tersebut, 1.458 aktif, 3.039 tersedia (dapat digunakan jika diperlukan,) dan 1.760 pensiun (tidak digunakan dan menunggu pembongkaran).

Namun secara keseluruhan, NATO dan Rusia memiliki persenjataan nuklir berukuran serupa.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, memperingatkan Moskow bulan lalu bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan oleh Rusia.

"Rusia harus memahami bahwa mereka tidak akan pernah bisa memenangkan perang nuklir," kataJens Stoltenberg.

"NATO bukan bagian dari konflik. Kami memberikan dukungan ke Ukraina, tetapi bukan bagian dari konflik."

"NATO tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina."

"Sangat penting untuk memberikan dukungan ke Ukraina dan kami meningkatkannya.

"Tetapi pada saat yang sama juga sangat penting untuk mencegah konflik ini menjadi perang penuh antara NATO dan Rusia."

Stoltenberg juga mengangkat kekhawatiran Rusia dapat menggunakan senjata kimia di Ukraina, merujuk pada serangan Salisbury di Inggris dan penggunaan senjata kimia dalam perang saudara Suriah.

"Rusia telah menggunakan bahan kimia sebelumnya untuk melawan oposisi mereka sendiri dan juga di wilayah sekutu NATO di Salisbury."

“Dan Rusia, tentu saja, adalah bagian dari penggunaan senjata kimia di Suriah."

"Mereka memfasilitasi dan mendukung rezim Assad, yang sebenarnya telah beberapa kali menggunakan senjata kimia."

"Jadi kami khawatir dan itu juga alasan mengapa kami siap dan kami akan membahas cara besok untuk memberikan dukungan kepada Ukraina untuk melindungi diri mereka sendiri."

Pada akhir Februari, Putin mengisyaratkan dia bersedia menggunakan persenjataan nuklirnya.

Dia bahkan sudah memerintahkan militernya untuk menempatkan pasukan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi.

Baca Juga: Pantas Barat Tak Ingin Darah Terus Tumpah di Bumi Ukraina, Ternyata Invasi Rusia Bawa Misi 'Mulia', Impian Banyak Negara Selama 3 Dekade

Artikel Terkait