Pantas Barat Tak Ingin Darah Terus Tumpah di Bumi Ukraina, Ternyata Invasi Rusia Bawa Misi 'Mulia', Impian Banyak Negara Selama 3 Dekade

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Perang Rusia dan Ukraina sudah berlangsung sejak Kamis (24/2/2022).

Presiden Rusia Vladimir Putin adalah orang yang pertama kali menyatakan perang Rusia dan Ukraina.

Saat itu,Presiden Rusia Vladimir Putin menyembutnya sebagai operasi militer khusus di Ukraina.

Akan tetapi serangan demi serangan yang diterima Ukraina lebih mirip perang.

Tidak heran kekejian Rusia itu mendapatkan respon negatif dari seluruh negara. Seperti sanksi dan beberapa hal lainnya.

Hal itu membuatMenteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengecamkebijakan Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Apalagi negara-negara Barat berjanji untuk mengirim lebih banyak senjata ke Kiev.

Selain itu, Lavrov menyatakan bahwaMoskow tidak akan menyerah pada tekanan dari luar negeri.

Sebab operasi militer khusus di Ukraina punya tujuan. Apakah itu?

Dilansir dari sputniknews.com pada Kamis (14/4/2022), Lavrov mencatat bahwa operasi militer khusus di Ukraina bertujuan untuk mengakhiri rencana AS untuk dominasi global.

“Operasi militer khusus kami dirancang untuk mengakhiri ekspansi sembrono dan arah sembrono menuju dominasi penuh oleh AS dansisa negara-negara Barat di panggung dunia," ucapLavrov.

"Dominasi ini dibangun dengan pelanggaran berat terhadap hukum internasional."

"Dan sesuai dengan beberapa aturan tidak jelass yang diberlakukan pada kesempatan tertentu", kata Lavrov dalam sebuah wawancara dengan penyiar Rossiya 24.

Lavrov juga mengkritik diplomat tinggi UE Josep Borrell atas pernyataan terbarunya, setelah diplomat UE itu mengatakan bahwa krisis di Ukraina harus diselesaikan melalui cara militer.

BahkanBorrell juga mendesak negara-negara anggota blok itu untuk menyediakan senjata yang dimintanya kepada Kiev.

Lavrov mencatat bahwa setelah klaim seperti itu, aturan telah berubah secara drastis, dan menyatakan sesuatu yang tidak berwenang untuk dikatakannya.

"Ini adalah perubahan yang sangat serius."

"Bahkan dalam kebijakan yang Uni Eropa dan Barat di bawah kepemimpinan AS - tidak diragukan lagi - mulai mengejar setelah dimulainya operasi militer khusus kami."

Terakhir, Lavrov juga mengatakan ada kemungkinan bahwa pasukan Ukraina, yang didukung oleh layanan intel Barat, akan melakukan provokasi baru.

Seperti insiden baru-baru ini di Donbass, ketika pasukan Kiev mencoba menyalahkan Rusia atas serangan mereka sendiri di kota Kramatorsk.

Termasuk juga provokasi di Bucha.

Baca Juga: Jadi Sekutu Terkuat Rusia, Diam-diam China Kirimkan Senjata Besar-besaran ke Negara Sekutu Rusia Ini, Terkuak Ada Operasi Terselubung diBalik Tindakannya Itu

Artikel Terkait