Intisari-Online.com – Emily Wilding Davison adalah salah satu pejuang hak pilih Inggris yang paling terkenal.
Dia blak-blakan, berani, dan benar-benar tidak mengenal takut, dia menjadi simbol publik dari gerakan hak pilih setelah menjadi martir untuk tujuannya.
Meskipun kemudian dia tidak pernah melihat wanita mencapai hak pilih dalam hidupnya, kontribusinya terhadap hak-hak wanita pada pergantian abadi di Inggris sangat besar.
Emily memiliki pendidikan yang sangat baik. Dia mengikuti London College dan Oxford, tetapi karena wanita tidak dapat memperoleh gelar pada waktu itu, maka dia tidak pernah mengambil gelarnya itu.
Kemudian Emily dipekerjakan sebagai guru swasta ketika dia terlibat dengan masalah hak pilih.
Tidak lama kemudian, dia berhenti dari pekerjaannya untuk menjadi aktivis penuh waktu.
Perlawanan pasif dan damai bukanlah taktik protes yang dipahami Emily, dia tidak ragu menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya, tak heran bila dia lebih dari satu kali menyerang tokoh politik laki-laki.
Dia ditangkap tidak kurang dari tujuh kali selama tiga tahun, dan diketahui telah membobol Parlemen setidaknya tiga kali.
Mengenai Emily, yang paling dikenal, selain kematiannya, adalah perilakunya di penjara.
Para pemilih pada waktu itu sering melakukan mogok makan untuk memprotes bahwa mereka tidak diklasifikasikan sebagai tahanan politik.
Pada dua kesempatan terpisah dia dibebaskan dari penjara lebih awal karena kejenakaannya.
Sipir penjara muak dengan para wanita yang melakukan mogok makan, dan memutuskan untuk memaksa mereka memberi makan dengan meletakkan selang di tenggorokan mereka.
Untuk menghindari ini dan memprotes pemaksaan makan, Emily membarikade pintu penjaranya dengan perabotan.
Penjaga penjara kemudian berpikir itu menjadi ide yang baik untuk mengisi selnya dengan air es, pintu akhirnya rusak, dan Emily berhasil menggugat para penculiknya.
Saat dia akan dikenal, adalah saat kematiannya.
Pada tahun 1911 Derby Emily menjadi martir untuk perjuangannya.
Dalam salah satu balapan, Emily melompat di depan seekor kuda milik Raja George V, dia ditabrak oleh kuda itu, dan meninggal empat hari kemudian.
Apakah Emily punya rencana untuk bunuh diri atau tidak telah diperdebatkan, namun kedua belah pihak memiliki argumen yang baik.
Emily telah membeli tiket kereta api pulang, dia tidak meninggalkan catatan bunuh diri, dan berencana untuk menghadiri rapat umum hak pilih.
Namun, Emily sering mengatakan bahwa perjuangannya membutuhkan seorang martir untuk bersatu, dan dia bukan pertama kalinya mencoba untuk menjadi martir sendiri.
Dia telah melompat dari tangga besi saat berada di penjara hanya beberapa bulan sebelum kematiannya.
Kematiannya tidak banyak mendapatkan simpati orang banyak, namun hak pilih pasti ada di sekelilingnya setelah kematiannya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR