Intisari-Online.com - Kaisar Zhengde adalah kaisar ke-11 dari dinasti Ming, yang memerintah dari tahun 1505 hingga 1521.
Ia terlahir sebagai Zhu Houzhao merupakan putra tertua Kaisar Hongzhi.
Zhu Houzhao naik takhta pada usia 14 tahun dengan nama zaman Zhengde yang berarti "Kebajikan yang benar" atau "Perbaikan kebajikan".
Meninggal pada usia 29 tahun karena penyakit yang dideritanya setelah mabuk dan jatuh dari perahu ke Sungai Kuning, tanpa meninggalkan penerus.
Oleh karena itu, setelah meninggal, dia digantikan oleh sepupu pertamanya Zhu Houcong.
Kaisar Zhengde memang tidak memiliki anak, tetapi dia dikenal sebagai kaisar yang punya banyak gundik.
Hal itu sangat berbanding terbalik dengan ayahnya yang hanya memiliki seorang istri sepanjang hidupnya.
Lahir dalam keluarga monogami membuat Zhu Houzhao tidak harus melalui persaingan keras dan kejam untuk memperebutkan tahta seperti yang biasa terjadi pada masa itu.
Baca Juga: Bagaimana Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno? Simak Selengkapnya
Zhu Houzhao diangkat menjadi putra mahkota pada usia yang sangat dini dan karena ayahnya tidak mengambil selir lain, Zhu pun tidak harus bersaing dengan pangeran lain untuk takhta.
Sementara adik laki-lakinya meninggal saat masih bayi.
Sang pangeran dididik secara menyeluruh dalam literatur Konfusianisme dan dia unggul dalam studinya.
Banyak menteri Kaisar Hongzhi berharap Zhu Houzhao akan menjadi kaisar yang baik hati dan brilian seperti ayahnya.
Namun kenyataannya, tidak seperti ayahnya, Kaisar Zhengde tidak tertarik untuk memerintah atau Permaisurinya, bahkan mengabaikan sebagian besar urusan negara.
Tindakannya dianggap sembrono, bodoh atau tidak berguna.
Kaisar Zhengde mengambil gaya hidup mewah dan boros dan memanjakan dirinya pada wanita.
Namun, dia tidak benar-benar memperhatikan selirnya, sehingga ribuan selirnya mati karena kurang perawatan dan kekurangan persediaan makanan.
Itu hanya salah satu kecerobohan yang terkenal dari Kaisar Zhengde.
Sementara saking banyaknya gundik yang dimilikinya, sebuah kebun binatang di luar Kota Terlarang sampai diubah sebagai rumah bagi para wanitanya.
Awalnya, kebun binatang itu tempat itu digunakan untuk menampung hewan-hewan eksotis seperti harimau dan macan tutul untuk hiburannya, baru kemudian digunakan untuk menampung wanita cantik demi kesenangan pribadinya.
Pada satu kesempatan dia dianiaya dengan parah saat berburu harimau, dan tidak bisa tampil di pengadilan selama sebulan.
Pada kesempatan lain ia membakar istananya dengan menyimpan bubuk mesiu di halaman selama festival lentera.
Tetapi di sisi lain, Zhu Houzhao dicatat oleh banyak sumber sebagai administrator yang cukup efisien, meskipun menikmati gaya hidup mewah dan menolak menghadiri sebagian besar pertemuan.
Ia menunjukkan dirinya kompeten dalam keputusan dan pemerintahannya.
Di bawah pemerintahannya, ekonomi terus tumbuh, dan rakyat pada umumnya makmur.
Selama masa pemerintahannya, ia pun menghadapi upaya kudeta oleh kasim kepercayaannya. Juga menghadapi sejumlah pemberontakan oleh para pangeran.
Setelah meninggal, ia dimakamkan di pemakamannya terletak di samping para pendahulunya di Makam Ming, di Beijing, dan di sebelah istrinya yang diabaikan.
(*)