Intisari-Online.com - Serangan Rusia terhadap Ukarina membuat Negara Beruang Merah menghadapi sanksi dari sejumlah negara, khususnya Barat.
Rupanya, dihadapkan dengan tekanan yang meningkat dari sanksi-sanksi tersebut, kini Rusia menyatakan bahwa negara-negara yang membeli gas Rusia harus membayar dalam rubel.
Kremlin juga mengisyaratkan bahwa semua komoditas energi dan ekspor Rusia, seperti pupuk, biji-bijian, minyak makanan, minyak bumi, batu bara, logam, kayu, san lainnya, mungkin dihargai dalam rubel.
Untuk diketahui, saat ini negara-negara Eropa mengimpor 40% dari total gas yang digunakan dari Rusia, membayar hingga 800 juta USD per hari.
Langkah Rusia tersebut akan menyulitkan negara-negara Barat untuk mengakses item tersebut.
Selain itu, apa saja dampaknya bagi Rusia dengan memaksa negara-negara Barat membayar menggunakan Rubel?
Melansir 24h.com.vn, kebijakan tersebut dapat meningkatkan perang mata uang, di mana ini menjadi salah satu dari serangkaian langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan Rusia untuk memperkuat nilai rubel.
Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat mengurangi dominasi dolar AS dalam sistem moneter global.
Sejak Barat memberlakukan sanksi atas pencaplokan Krimea pada 2014, Rusia telah mengakui hegemoni Barat dalam sistem keuangan dan berusaha untuk mengurangi pengaruh dolar AS di atasnya.
Sejak itu, Rusia telah mengambil serangkaian langkah untuk mengurangi kepemilikan dolar AS dan mengurangi keberadaan mata uang dalam transaksinya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR