Intisari-Online.com -Reutersmemberitakan mayat-mayat bergelimpangan di Bucha.
Salah satu mayat tampak dengan tangan terikat dengan kain putih dan tertembak di mulut.
Mayat tersebut adalah salah satu dari puluhan warga sipil yang dilaporkan tewas setelah pendudukan pasukan Rusia berakhir di kota dekat Kyiv tersebut.
Wakil Wali Kota Bucha Taras Sapravskyi mengatakan, 50 dari warga yang tewas adalah korban pembunuhan ekstra-yudisial yang dilakukan oleh pasukan Rusia.
DilansirReuters, Minggu (3/4/2022), para pejabat Ukraina menuduh Moskwa melakukan kejahatan perang.
Melansir Kompas.com, laporan intelijen Jerman menyebut bahwa pasukan Rusia yang dikerahkan di Ukraina menggunakan gadget komunikasi yang tidak aman.
Gadget itu dapat menempatkan mereka dalam bahaya yang lebih besar untuk menjadi sasaran.
Meski begitu,Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut situasi di sekitar kota Bucha di Ukraina sebagai "serangan palsu lainnya" yang coba digunakan Ukraina untuk melawanRusia.
Hampir kebalikan dengan aksi yang diberitakan seputar tentara Rusia,surat kabar independen Rusia Pskovskaya Gubernia memberitakan bahwa setidaknya 60 pasukan terjun payung Rusia dari satu unit di provinsi Pskov menolak untuk bertempur di Ukraina.
Pasukan dipecat, dan beberapa diancam dengan tuntutan pidana karena desersi atau gagal mematuhi perintah, tulis surat kabar itu di saluran Telegramnya.
Insider yang melansir laporan Pskovskaya Gubernia ini pada Sabtu (9/4/2022) tidak dapat memverifikasi kabar ini secara independen.
Pskovskaya Gubernia adalah surat kabar Rusia yang terkenal dengan laporan independennya.
Di tengah tindakan keras Moskwa terhadap media independen, bulan lalu pihak berwenang menggerebek kantor surat kabar dan rumah karyawan senior surat kabar itu, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.
Namun, aktivis lokal Nikolay Kuzmin, yang berafiliasi dengan partai oposisi Yabloko di Rusia, tampaknya menguatkan laporan di Telegram tersebut.
Kuzmin mengatakan dia berbicara dengan seorang pengemudi yang mengangkut beberapa pasukan terjun payung dari Belarus kembali ke Pskov, sebuah pangkalan penting bagi pasukan lintas udara Rusia.
Pasukan lintas udara militer Rusia, VDV, menderita kerugian besar di Ukraina yang telah merusak status "elit" mereka sebelumnya.
Satu unit di dalam VDV, Resimen Parasut Pengawal 331 yang terkenal, kehilangan komandannya, Kolonel Sergei Sukharev, dan sedikitnya 39 anggota lainnya.
Pasukan Rusia telah menderita kerugian besar sejak memulai invasi ke Ukraina, dan laporan menunjukkan bahwa moral mereka memburuk.
Pasukan terjun payung Pskov bukan satu-satunya yang dilaporkan menolak untuk bertempur.
Setidaknya 11 anggota Garda Nasional Rosgvardia Rusia di wilayah Khakassia juga memberontak, menurut laporan Newsweek, mengutip outlet berita berbahasa Rusia New Focus.
Newsweek juga mewartakan, pengacara hak asasi manusia Pavel Chikhov mengatakan di Telegram bahwa Kapten Farid Chitav dan 11 bawahannya di Rosgvardia menolak menyerang Ukraina pada 25 Februari, karena perintah itu "ilegal."
(*)