Kisah Tragis Fatimah el-Sharif, Permaisuri Terakhir Kerajaan Libya Sebelum Dikudeta dan Digulingkan Muammar Gaddafi, Disidang Tanpa Kehadiran Sosoknya, Ketika Akan Dimakamkan pun Ditolak

K. Tatik Wardayati

Penulis

Fatimah el-Sharif adalah permaisuri terakhir di Kerajaan Libya sebelum monarki digulingkan.
Fatimah el-Sharif adalah permaisuri terakhir di Kerajaan Libya sebelum monarki digulingkan.

Intisari-Online.com – Sering kali, wanita kerajaan Timur Tengah dan Afrika diabaikan dan dibayangi dalam masyarakat tradisional yang didominasi pria.

Pada akhirnya, banyak wanita dari kerajaan di Timur Tengah dan Afrika yang tidak ditulis, dibandingkan mereka yang di Eropa.

Salah satu wanita kerajaan di Timur Tengah adalah yang berikut ini.

Fatimah el-Sharif adalah permaisuri terakhir di Kerajaan Libya sebelum monarki digulingkan pada tahun 1969.

Dia merupakan istri Raja Idris I yang memerintah dari tahun 1951 hingga 1969.

Fatimah lahir pada tahun 1911 di Libya Italia di Oasis Kufra sebagai putri kelima Ahmed Sharif as-Senussi, yang merupakan mantan Grand Seussi ke-3 dari ordo Senussi Sufisme, dan Khadija binti Ahmad al-Rifi.

Ibunya adalah putri seorang jenderal berpengaruh di negara itu, Ahmad al-Rifi, sementara ayahnya dikenal karena keterlibatannya dalam perlawanan terhadap kekuatan kolonial di negara Afrika saat itu.

Ketika Fatimah baru berusia 20 tahun, dia menikah dengan sepupu pertamanya, Idris, yang saat itu menjadi Emir Cyrenaica, pada tahun 1931 di Siwa, Mesir, dan pernikahan mereka bahagia.

Sayangnya, mereka hanya memiliki satu anak kandung, seorang putra pada tahun 1953, dan waktu mereka sebagai orangtua tidak lama.

Anak itu meninggal pada usia satu hari, kemudian Fatimah dan Idris mengadopsi seorang gadis yatim piatu Aljazair bernama Suleima yang selamat dari kedua orangtuanya.

Mereka juga mengasuh beberapa anak lain selama hidup mereka.

Dua puluh tahun setelah pernikahan mereka, Idris naik takhta Libya pada 24 Desember 1951.

Tiga tahun kemudian adalah saat yang menghancurkan bagi Fatimah ketika keponakannya membunuh seorang penasihat Raja, Ibrahim al-Shelhi.

Dia melakukan hal tersebut karena desas-desus bahwa penasihat telah meyakinkan Raja untuk menceraikan Fatimah dan menikahi putrinya.

Idris yang baik hati menanggapinya dengan membunuh keponakan Fatimah itu.

Karena tidak memiliki ahli waris, anak angkat tidak dihitung dalam garis keturunan, maka Fatimah mendukung Idris untuk menikah lagi demi mendapatkan ahli waris, bahkan memilih dua wanita untuk dipilihnya.

Namun, Idris memilih untuk pergi ke arah lain dan menikah dengan seorang wanita Mesir yang diusulkan oleh perdana menterinya.

Saat masih menikah dengan Fatimah, Idris juga menikah dengan Aliya Khanum Effendi pada tanggal 6 Juni 1955.

Karena dia masih menikah dengan Fatimah, Idris menolak untuk meninggalkan kediaman di Tobruk, pasangan itu berdamai hanya beberapa bulan kemudian, dan Raja menceraikan Aliya pada tahun 1958.

Fatimah el-Sharif adalah seorang ratu yang banyak terlibat menghadiri acara publik dan disebut bisa dengan cepat menenangkan orang.

Dia juga dikenal karena humor dan gayanya yang elegan.

Sebagai permaisuri, melansir History of Royal Women, Fatiman menjadi panutan bagi sesama wanita Libya dan menunjukkan kepada mereka cara hidup yang baru.

Muammar Gaddafi memimpin kudeta pada tahun 1969 melawan monarki, tetapi ketika itu dimulai, Fatimah dan Idris berada di Turki.

Pasangan itu tidak punya uang dan hanya bisa sampai ke Yunani dengan bantuan pemerintah Turki yang membayar hotel dan perjalanan mereka.

Fatimah, yang merupakan pendukung kuat suaminya, menulis kepada seorang teman yang menceritakan kesulitan dan frustasinya karena mereka tidak dapat melakukan puasa Ramadhan di negara-negara Eropa.

Akhirnya, mereka melakukan perjalanan ke Kairo pada bulan November, lalu tinggal sampai kematian menjemputnya.

Pengadilan Rakyat Libya mengadilinya secara in absentia pada November 1971, lalu mereka membekukan asetnya dan menghukumnya lima tahun penjara, yang tidak dilayaninya karena dia tetap berada di luar negeri.

Fatimah meninggal dalam usia 98 tahun di Kairo pada 3 Oktober 2009, sementara Idris telah mendahului pada tahun 1983.

Jenazah Fatimah dibawa ke Arab Saudi untuk dimakamkan bersama suami dan ayahnya di pemakaman Al-Baqi’.

Namun, Arab Saudi menolak permintaan keluarga untuk menguburkan Fatimah di sana.

Maka, usai salat jenazah tradisional Muslim salat al-Janazah di Masjid Al-Masjid an-Nabawi, keluarga memilih untuk membaringkan Fatimah di Pemakaman Hamzah di Madinah, dekat Gunung Uhud, pada 7 Oktober.

Baca Juga: Putra Mendiang Diktator Eksentrik Muammar Gaddafi Jadi Calon Presiden Libya, Semengerikan Apa Pemerintahan Ayahnya Dulu hingga Kirim Intel ke Seluruh Dunia?

Baca Juga: Hanya Ditemani Sebotol Air dan Sebatang Rokok, Inilah Detik-detik Kematian Mutassim, Putra Gaddafi yang Gemar Hamburkan Uang Bersama Model Playboy, Pestanya Dihadiri Penyanyi-penyanyi Top Ini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait