Intisari-Online.com – Tanaman pial atau akasia Australia biasa digunakan sebagai kayu bakar oleh orang-orang kuno yang menavigasi iklim yang keras di Gurun Barat.
Setiap musim semi di seluruh Australia, tanaman pial emas asli (Acacia pycnantha Benth.) ini selalu bermekaran dengan ‘riuhnya’ warna bunga kuning cerah yang banyak.
Anggota genus akasia, atau sebagaimana orang Australia menyebut jenis semak berbunga ini, ‘wattle’, yaitu bunga kuning dengan daun hijau khas tanaman ini membangkitkan warna nasional Australia.
Tangkai gelambir digunakan untuk mewakili Australia selama beberapa dekade, terutama menghiasi Lambang Persemakmuran era kolonial.
Tanaman ini secara resmi dinyatakan sebagai lambang bunga nasional pada tahun 1988.
Pentingnya pial bagi masyarakat manusia telah ada sebelum periode kolonial Australia selama puluhan ribu tahun, seperti dijelaskan penelitian baru.
Dalam sebuah makalan yang diterbitkan Oktober lalu di Journal of Archaeological Science:Report, para ilmuwan University of Western Australia (UWA) mengeksplorasi bagaimana lebih dari 100 spesies pial telah digunakan oleh komunitas Aborigin di Gurun Barat Australia.
Mereka telah menggunakannya selama lebih dari 50.000 tahun, melansir Wali.
Arkeolog UWA, Chae Byrne, memimpin para peneliti dalam menggali bagian-bagian kecil dari tempat perlindungan gurun batu kuno di Katjarra (pegunungan Carnavon) dan Karnatukul (juga disebut Glen Ular).
Mereka bekerja dengan perwakilan dari masyarakat Martu, kelompok Pribumi Australia, dan pemilik tradisional tanah.
Tim itu menggunakan achaeobotani, yaitu kombinasi teknik dari arkeologi dan botani yang digunakan dalam studi sisa-sisa tumbuhan purba.
Ini digunakan untuk menganalisis petunjuk yang ditinggalkan oleh pengembara Pribumi kuno yang pernah berkemah di sini dan berlindung dari cuaca buruk Gurun Barat.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR