Intisari-Online.com - Persaingan epik antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet selama Perang Dingin telah berkali-kali menempatkan dunia dalam bahaya perang nuklir.
Ini karena baik Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet sama-sama menginvestasikan berbagai rudal, hulu ledak, dan silo dalam jumlah yang sulit dibayangkan.
Kedua negara membangun kompleks bawah tanah yang sangat besar. Lalu menempatkan senjata pemusnah massal mereka dalam mode siaga.
Ini karena perang antara negara adidaya terus-menerus mengancam untuk menghapus umat manusia dari muka bumi.
Pertanyaannya adalah siapa yang berani menyerang lebih dulu?
Dilansir dari thevintagenews.com pada Selasa (5/4/2022), pada awal 1980-an, ketegangan meningkat antara kedua negara ke tingkat yang mirip dengan selama Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962.
Dengan pengembangan rudal balistik antarbenua Trident C4 canggih milik AS mampu diluncurkan dari kapal selam.
Sementara Uni Soviet menyadari ancaman serangan serangan pertama dari laut.
Ini karena kapal selam musuh dapat diam-diam mendekati pantai.
Ketakutan terbesar Uni Soviet adalah bahwa AS bermaksud menerapkan strategi serangan mendadak, yaitu serangan tepat ke ibu kota dengan maksud menghilangkan kepemimpinan puncak Soviet.
Untuk melawannya, sebuah protokol diperkenalkan.
Protokol ini didukung oleh teknologi canggih bersama dengan pejabat tinggi Angkatan Nuklir Strategis dan tokoh-tokoh penting lainnya yang biasanya mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR