Intisari-Online.com -Negara tetangga Ukraina, Polandia pernah menjadi gerbang Perang Dunia II.
Pada 1 September 1939, tentara Jerman yang berada di bawah pimpinan Adolf Hitler melancarkan invasi ke Polandia yang memicu dimulainya Perang Dunia II di wilayah Barat.
Pertempuran antara Nazi Jermandan Polandia ini hanya berlangsung sekitar sebulan sebelum akhirnya Nazi meraih kemenangannya.
Namun, invasi tersebut menjerumuskan dunia ke dalam perang yang nantinya akan berlanjut selama hampir enam tahun dan merenggut nyawa puluhan juta orang.
Prancis dan Inggris memang mendeklarasikan perang terhadap Jerman dua hari setelah invasi ke Polandia.
Tetapi kedua negara membutuhkan waktu delapan bulan lagi sebelum terlibat dalam perang skala penuh dengan Nazi.
Uni Soviet pada waktunya pun ikut menyerbu Polandia dari timur pada 17 September.
Dilansir dari history.com, Jerman menginvasi Polandia dengan alasan untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang, dan untuk memerintah negara tetangga mereka di timur ini.
Invasi Jerman ke Polandia adalah awal bagaimana Hitler bermaksud mengobarkan perang melalui strategi “blitzkrieg”.
Pendekatan blitzkrieg (perang kilat) Jerman ditandai dengan pengeboman ekstensif sejak awal untuk menghancurkan kapasitas udara musuh, jalur kereta api, jalur komunikasi dan tempat pembuangan amunisi, diikuti oleh invasi darat besar-besaran dengan jumlah pasukan, tank, dan artileri yang sangat banyak.
Invasi Jerman ke Polandia terjadi hampir 25 tahun setelah dimulainya Perang Dunia I pada bulan Agustus 1914.
Namun, agaknya Polandia belum kapok terlibat perang. Negara ini malah meminta Amerika Serikat (AS) agar mengirim senjata penentu Perang Dunia III ini ke wilayahnya.
Apalagi jika bukan senjata nuklir.
Rusia sendiri pun mengakui jika Perang Dunia Ketiga (PD III) terjadi, senjata nuklir disebut akan terlibat dan tentu saja menimbulkan kerusakan yang parah.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Rabu (2/3/2022), sebagaimana laporan Kantor Berita RIA yang berbasis di Rusia.
Lavrov mengatakan, Rusia yang telah meluncurkan operasi militer khusus untuk melawan Ukraina sejak Kamis (24/2/2022), akan menghadapi "bahaya nyata" jika Kiev memperoleh senjata nuklir.
Rusia pun tidak akan mengizinkan Ukraina memperoleh senjata nuklir.
Polandia akan terbuka untuk memiliki senjata nuklir yang ditempatkan di negara itu, meskipun ini bukan sesuatu yang saat ini sedang dipertimbangkan.
Hal itu dikatakan pemimpin partai Polandia yang berkuasa Jaroslaw Kaczynski dalam wawancara yang diterbitkan Minggu ketika Warsawa menyerukan tindakan lebih keras terhadap Rusia atas konflik di Ukraina.
Melansir The Jerusalem Post, Minggu (3/4/2022), Politisi itu mencatat bahwa Polandia juga akan menyambut 50% peningkatan jumlah pasukan AS di Eropa.
"Polandia akan senang jika Amerika meningkatkan kehadiran mereka di Eropa dari 100.000 tentara saat ini menjadi 150.000 di masa depan karena agresivitas Rusia yang meningkat," kata Kaczynski kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag.
"Dari jumlah tersebut, 75.000 tentara harus ditempatkan di sisi timur; yaitu, di perbatasan dengan Rusia; 50.000 tentara di negara-negara Baltik dan Polandia," katanya dalam wawancara, yang juga dipublikasikan di situs web Partai yang berkuasa di Polandia, Law dan Keadilan (PiS).
Invasi Rusia ke Ukraina, yang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi tetangganya, telah memicu kekhawatiran keamanan di negara-negara di sisi timur NATO.
Aliansi itu telah menanggapi dengan meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut, mengumumkan empat kelompok pertempuran multinasional lagi di Bulgaria, Hongaria, Rumania dan Slovakia bulan lalu.