Intisari-Online.com -Pembicaraan antaraRusia dan Ukrainadimulai di Turki pada Selasa tanpa jabat tangan, lapor televisi Ukraina sebagaimana diwartakanJpost, Selasa (29/3/2022).
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada hari Senin mengatakan tujuan paling ambisius Ukraina pada pembicaraan dengan Rusia di Turki adalah untuk menyetujui gencatan senjata.
Kyiv mengatakan pihaknya menginginkan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum yang akan menawarkan perlindungan Ukraina dari sekelompok sekutu jika terjadi serangan di masa depan.
Negosiasi dengan Rusia belum membuat banyak kemajuan, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Minggu malam bahwa Rusia telah membuat pernyataan publik tentang tuntutan "denazifikasi" dan demiliterisasi untuk menunda pembicaraan.
Meskipun pembicaraan dilanjutkan di Turki, Putin tampaknya tidak siap untuk membuat kompromi untuk mengakhiri perang di Ukraina, kata seorang pejabat senior AS, Senin.
"Semua yang saya lihat adalah dia tidak mau berkompromi pada saat ini," kata pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepadaReuters.
Sementara itu,Surat kabar harian internasional yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, Kanselir Jerman Olaf Scholz sempat menawarkan Volodymyr Zelensky kesempatan untuk perdamaian hanya beberapa hari sebelum peluncuran serangan militer Rusia.
Tetapi, presiden Ukraina itu disebut menolak tawaran tersebut.
Scholz telah membuat apa yang digambarkan oleh WSJ sebagai satu dorongan terakhir untuk penyelesaian antara Moskwa dan Kyiv kurang dari seminggu sebelum pasukan Rusia dikirim ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
“Kanselir mengatakan kepada Zelensky di Munich pada 19 Februari bahwa Ukraina harus meninggalkan aspirasi NATO-nya dan menyatakan netralitas sebagai bagian dari kesepakatan keamanan Eropa yang lebih luas antara Barat dan Rusia,” tulis WSJ, Jumat (1/4/2022), dilansir dari Russia Today (RT).
WSJ juga mengeklaim bahwa pakta itu akan ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden, yang bersama-sama akan menjamin keamanan Ukraina.
Namun, Zelensky disebut menolak tawaran untuk membuat konsesi dan menghindari konfrontasi.
“Zelensky mengatakan bahwa Putin tidak dapat dipercaya untuk menegakkan kesepakatan semacam itu dan bahwa sebagian besar warga Ukraina ingin bergabung dengan NATO,” lapor WSJ, tanpa mengungkapkan sumber informasinya.
“Jawabannya membuat para pejabat Jerman khawatir bahwa peluang perdamaian memudar,” kata laporan itu.
Scholz dan Zelensky bertemu pada hari itu di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, di mana masing-masing menyampaikan pidato.
Sepeti diketahui, Rusia telah menyerang Ukraina sejak 24 Februari atau 40 hari lalu.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Sementara, Kyiv telah menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali wilayah pemberontak dengan paksa.
(*)