Intisari-Online.com -Presiden Amerika Serikat (AS)Joe Bidenpada Jumat (11/3/2022) berkomentar tentang peluang Perang Dunia 3 dan tuduhan Rusia memakai senjata kimia di perang Ukraina.
Joe Bidenbersumpah, Rusia akan menanggung akibat yang besar jika menggunakan senjata kimia di Ukraina, dan berjanji tidak memprovokasi Moskwa ke dalam Perang Dunia 3.
MelansirKompas.com,Joe Bidenbereaksi setelah Rusia menuduh Ukraina dan Amerika Serikat mengembangkan senjata biologi dan kimia.
Tuduhan itu menurut negara-negara Barat adalah tipu muslihat karena Rusia sendiri yang mungkin menggunakan senjata itu dalam konflik.
Baru-baru ini,Pentagon menyebut Rusia kemungkinan sedang memosisikan ulang beberapa pasukannya di sekitar ibu kota Ukraina, Kyiv, untuk mengirim mereka ke wilayah Donbass di Ukraina timur.
Juru Bicara Pentagon John Kirby juga mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memutuskan untuk mempertahankan elemen Divisi Lintas Udara ke-82 di Eropa untuk sementara waktu bersama dengan kelompok penyerang kapal induk di Mediterania.
“Rusia telah memindahkan sejumlah kecil, mungkin 20 persen pasukannya dari sekitar Kyiv setelah gagal merebut kota itu, yang terus menjadi sasaran serangan udara Rusia,” kata Kirby.
Dia menyampaikan, tidak jelas ke mana pasukan Rusia itu akan pergi, untuk berapa lama, dan untuk tujuan apa.
Tetapi, Pentagon tidak melihat indikasi bahwa mereka akan dipulangkan.
Juru bicara Pentagon mengatakan penilaian terbaik adalah bahwa pasukan Rusia akan ditempatkan kembali, mungkin ke Belarus, untuk dipasang dan dipasok kembali di tempat lain di Ukraina.
Dia mencatat bahwa Rusia telah mengatakan pihaknya berencana untuk memprioritaskan kembali operasinya di wilayah Donbass.
"Itu bisa menjadi salah satu tujuan," katanya, dilansir dari AFP.
Sergei Rudskoi, seorang pemimpin senior militer Rusia, mengatakan pekan lalu bahwa fase pertama operasi militer di Ukraina telah berakhir dan pasukannya sekarang akan fokus pada tujuan utama berupa pembebasan Donbass, yang sebagian sudah dipegang oleh proksi Rusia.
Kirby mencatat bahwa wilayah Donbass telah diperebutkan selama delapan tahun dan angkatan bersenjata Ukraina telah sangat aktif di daerah tersebut.
"Ini bisa berlarut-larut untuk sementara waktu."
"Mungkin bukan hanya hitungan hari dan minggu, bisa lebih lama dari itu. Sangat sulit untuk mengetahuinya," ungkap dia.
(*)