Intisari-Online.com -Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu masih berlanjut hingga kini.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyatakan tekad Rusia untuk mempertahankan kepentingannya, tanpa tawar-menawar dalam perundingan damai untuk menghentikan serangannya ke Ukraina.
"Kami tak akan tawar-menawar, kami melindungi kepentingan kami. Tujuan kami untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina. Dan menurut Presiden kami (Vladimir Putin) itu akan terwujud," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobyovo dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (23/3/2022), melansir Kompas.com.
"Jika kami dapat melakukannya lewat cara diplomatik itu akan baik dan operasi (militer) akan langsung berhenti. Tapi jika kami tidak dapat melakukannya secara diplomatik kami akan melanjutkan," tegasnya.
Dia mengaku tidak bisa memberi tahu tanggal pasti kapan operasi militer Rusia akan berakhir, tetapi mengeklaim bahwa pihaknya juga berharap perdamaian bisa segera tercapai.
Sejauh ini Rusia masih menunggu hasil perundingan tingkat tinggi yang berjalan di Belarus.
"Itu bukan keinginan kami (perang), kami tidak menduduki Ukraina, kami tidak ingin menghancurkan Ukraina, kami tidak ingin menyakiti orang Ukraina. Kami tidak ingin melakukan itu."
Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia juga membantah sejumlah gambar yang beredar, terutama soal berbagai kerusakan yang terjadi di Ukraina.
Rusia mengeklaim tidak banyak kerusakan yang terjadi. Pihaknya mengaku turut memberikan bantuan kemanusiaan dan membuka waktu untuk koridor kemanusiaan, termasuk bersedia menerima orang-orang dari Ukraina.
"Mereka bisa datang ke Rusia. Kami telah menerima sekitar seratus ribu orang Ukraina yang mau masuk ke Rusia," tambahnya.
Sementara invasi Rusia ke Ukraina masih terus berlanjut, di dalam negari pun terdapat ancaman yang dilancarkan oleh kelompok teroris ini.
Melansir TASS, Rabu (24/3/2022), seorang pendukung organisasi teroris internasional Negara Islam (ISIS), yang ditahan di Norilsk, sebuah kota yang terletak di utara lingkaran Arktik, merencanakan untuk meledakkan pusat penahanan pra-sidang pada akhir April.
Hal itu terungkap menurut rekaman video dari interogasinya dirilis oleh Pusat Hubungan Masyarakat dari Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) pada hari Rabu.
Menurut tahanan, dia membuat dua bom dari pipa logam, sebuah granat TNT dengan bubuk mesiu dan sebuah detonator.
Pria itu mengikuti instruksi yang dia temukan di Internet.
Ketika ditanya apa yang dia rencanakan, pria itu menjawab, "Untuk meledakkan pusat penahanan pra-ajudikasi untuk membebaskan tahanan Muslim.
Pria itu menambahkan bahwa dia akan melakukan serangan "sekitar akhir April."
Pria yang ditahan itu juga mengatakan bahwa beberapa bulan sebelum dia masuk Islam, telah memilih nama agama Mansur dan mulai menonton video oleh Negara Islam (ISIS).
Dia memutuskan untuk bersumpah setia kepada kelompok teroris itu.
Dalam komunitas Telegramnya yang terdiri dari sebelas pengikut, dia mendesak Muslim lain untuk bergabung dengan ISIS.
FSB mengatakan bahwa pada 22 Maret, seorang Rusia berusia 25 tahun ditahan di Norilsk.
Dua alat peledak rakitan berkapasitas tinggi, sebuah bendera dengan simbol ISIS serta sumpah setia tulisan tangan kepada yang disebut Amir dari kelompok teroris itu ditangkap di rumahnya.
Pria itu memposting seruan publik untuk tindakan teror di aplikasi perpesanan Telegram.