Intisari-online.com - Rusia disebut memiliki segudang senjata militer berbahaya, termasuk salah satu negara pemilik senjata dengan jumlah terbanyak di dunia.
Rusia juga berada di peringkat ketiga militer terkuat di dunia di bawah Amerika dan China.
Jadi tak heran jika Rusia membawa beberapa senjata militer berbahayanya ke medan perang di Ukraina.
Pada 20 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa militer negara itu terus menyerang Ukraina dengan rudal hipersonik Kinzhal (Belati) yang diluncurkan dari semenanjung Krimea.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan rudal Kinzhal menghantam depot bahan bakar besar Ukraina di dekat pelabuhan Mykolaiv.
"Ini adalah sumber utama pasokan dan pengisian bahan bakar untuk pasukan lapis baja Ukraina," kata Konashenkov.
Selain Kinzhal, rudal jelajah Kalibr juga digunakan oleh militer Rusia, ungkap Konashenkov.
"Rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan dari Laut Hitam menghantam sebuah pabrik di kota Nizhyn, tempat perbaikan tank dan kendaraan lapis baja Ukraina," kata Konashenkov.
Ini adalah kedua kalinya Rusia menggunakan rudal Kinzhal di Ukraina.
Sebelumnya, pada 18 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa rudal Kinzhal-nya telah menghancurkan gudang senjata bawah tanah Ukraina di wilayah Ivano-Frankivsk.
Pada konferensi pers pada 20 Maret, Konashenkov juga mengatakan bahwa serangan rudal lain oleh militer Rusia menghantam pangkalan militer Ukraina di wilayah Zhytomyr, menewaskan 100 tentara Ukraina dan sukarelawan asing.
Rudal Kinzhal dianggap sebagai kebanggaan militer Rusia.
Kinzhal memiliki jangkauan lebih dari 2.000 km, mencapai kecepatan 12.300 km/jam dengan deviasi kurang dari 1 meter.
Desember lalu, Presiden Rusia Putin mengumumkan bahwa, dengan Kinzhal, Rusia adalah pemimpin dunia dalam teknologi rudal hipersonik.
Karena kemampuannya terbang dengan kecepatan tinggi, Kinzhal sulit dideteksi dan dicegat.
Keputusan Rusia untuk menggunakan rudal Kinzhal dipandang sebagai eskalasi dalam kampanye militernya di Ukraina.
"Ini adalah rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir dan sulit dideteksi oleh sistem pertahanan udara Barat. Anda dapat menyebutnya sebagai rudal yang tak terbendung," Dorsa Jabbari, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Moskow, berkomentar.
Rebekah Koffler, mantan pejabat di Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), mengatakan bahwa, dengan penggunaan Kinzhal, Rusia mengirim pesan ke AS dan NATO bahwa Moskow siap mengambil tindakan keras untuk memamerkan kekuatan militer di Ukraina.
Menurut Koffler, peluncuran rudal Kinzhal Rusia dengan hulu ledak seringkali tidak jauh lebih efektif daripada menggunakan rudal jelajah atau balistik jarak jauh konvensional.
"Pesan di sini adalah bahwa Rusia memiliki senjata hipersonik dan kami tidak. Tapi yang lebih penting, Kinzhal mampu membawa hulu ledak konvensional dan nuklir," kata Koffler.