Intisari-Oline.com - Pada tahun 1958, Mao Zedong membuat program 'Lompatan Jauh ke Depan,' sebuah kampanye untuk mengubah China menjadi pusat kekuatan industri.
Hasilnya adalah bencana: lebih dari 50 juta orang meninggal selama Kelaparan Besar China dan puluhan ribu lainnya mengalami bencana.
Dengan demikian Mao Zedong terpaksa mengakui kegagalannya pada tahun 1962 dan mengundurkan diri dari kursi kepresidenan, tetapi ia mempertahankan kepemimpinan Partai Komunis.
Mao Zedong segera merencanakan supremasi kembali.
Pada 16 Mei 1966, dia secara terbuka menuduh beberapa pemimpin tinggi sebagai "revisionis kontra-revolusioner" yang berencana untuk melemahkan Partainya dari dalam.
Segera setelah itu, Mao memberikan restunya kepada Pengawal Merah untuk menentang siapa pun yang dicurigai tidak setia dan yang mengusir pembangkang.
Di seluruh negeri, pemberontakan kekerasan terjadi.
“Sesi Perjuangan” menjadi bentuk hukuman yang populer di mana anggota Partai Komunis Tiongkok secara terbuka mempermalukan dan menyiksa para pembangkang atau lawan.
Tetapi sesi-sesi ini berubah menjadi sangat kejam, dan di beberapa daerah, berubah menjadi tindakan memakan sesama manusia.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR