Raja Sunda yang gugur tersebut adalah ayah dari Dyah Pitaloka, Prabu Linggabuana.
Ia memerintah antara tahun 1350 - 1357 dan gugur setelah Perang Bubat.
Setelah ia tewas, ia digantikan adiknya, Prabu Bunisora.
Setelah itu Majapahit tidak pernah lagi berusaha menguasai Kerajaan Sunda dan bahkan Majapahit mengalami kemunduran sedangkan Kerajaan Sunda menjadi semakin makmur.
Prabu Bunisora dikenal juga sebagai Batara Guru di Jampang, karena ia menjadi pertapa dan resi dan ulung.
Selanjutnya kepemimpinan Kerajaan Sunda dipegang Prabu Raja Wastu atau Niskala Wastu Kencana, anak Prabu Linggabuana yang baru berusia 9 tahun ketika Perang Bubat terjadi.
Niskala Wastu Kencana menjadi raja terbesar Kerajaan Sunda, ia memiliki dua permaisuri, yang pertama adalah Lara Sarkati dan kedua adalah Mayangsari.
Pernikahannya dengan Lara Sarkati menghasilkan putra Sang Haliwungan atau Prabu Susuktunggal menjadi Raja Sunda, sedangkan dengan Mayangsari lahirlah Ningrat Kancana atau Prabu Dewa Niskala, penguasa Galuh.
Setelah Niskala Wastu Kencana meninggal, kerajaan dipecah menjadi dua bagian antara Susuktunggal dan Dewa Niskala dan keduanya dalam keadaan sederajat menguasai Sunda dan Galuh.
Perdamaian mewarnai kepemimpinan mereka, dan keduanya mengajukan politik kesatuan wilayah dan para cucu Wastu Kencana saling menikah untuk politik persatuan tersebut.
KOMENTAR