Caesar tidak berlebihan dalam menggambarkan kemenangannya, karena reputasinya sebagai pemimpin militer dan pahlawan Roma.
Lalu, apa yang bisa kita katakan sebenarnya terjadi di Alesia?
Ketika Caesar bertemu Galia di Alesia, mayoritas Prancis selatan telah berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi, dalam kampanye yang berasal dari 100 tahun sebelumnya pada abad ke-2 SM.
Tetapi itu tidak mudah bagi Roma, apalagi masih banyak daerah yang bertahan melawan pendudukan.
Pada tahun 58 SM, Julius Caesar memimpin pasukannya ke Galia untuk mengakhiri ancaman Galia terhadap Roma, sekali dan untuk selamanya.
Setelah dua kampanye, dia berhasil mencapai Sungai Meuse dan mengikutinya ke utara menuju laut, dan menganggap kemenangannya telah lengkap.
Tetapi ketika Julius Caesar berusaha untuk menyerang Inggris, Galia mulai mengatur diri mereka.
Selama musim dingin tahun 54 dan 53 SM, suku-suku Galia mulai memberontak, dan pada tahun 52 SM, mereka membentuk aliansi di bawah Vercingetorix, seorang pemuda karismatik, bangsawan muda, dan menghadirkan front persatuan melawan penjajah Romawi.
Caesar, yang telah kembali ke Roma, terpaksa menyusun pasukannya dan menghadapi pemberontakan.
Bangsa Roma berbaris ke Vercingetorix yang memerangi suku-suku sekutu Roma di Galia, tapi Caesar sepertinya tidak siap untuk perang terbuka.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR