Saatnya Lepaskan Topeng yang Membuat Kita Hidup Dalam Kepalsuan Alias Imposter Syndrome

Tika Anggreni Purba

Editor

Saatnya Lepaskan Topeng yang Membuat Kita Hidup Dalam Kepalsuan Alias Imposter Syndrome
Saatnya Lepaskan Topeng yang Membuat Kita Hidup Dalam Kepalsuan Alias Imposter Syndrome

Intisari-online.com—Negara-negara Barat biasanya merayakan hallowen dengan berbagai kostum-kostum unik dan seram, tidak jarang mereka menggunakan topeng-topeng. Bicara soal topeng, sadarkah Anda bahwa kita juga sering masih menggunakan topeng dalam hidup sehari-hari?

Topeng yang kita gunakan biasanya untuk menutupi berbagai hal yang sebenarnya ada dalam diri kita. Topeng yang digunakan juga bisa saja berbeda setiap hari. Hari ini topeng dengan wajah tersenyum, esok hari topeng dengan wajah sedih, dan begitulah seterusnya.

Hal inilah yang dinamakan topeng emosional, yaitu topeng yang kita gunakan untuk menutupi ketakutan kita sendiri. Contohnya, jika kita merasa tidak aman, kita mungkin bersembunyi di balik topeng “menjatuhkan orang lain”. Misalnya lagi, ketika kita merasa tidak yakin dengan kekuatan kita, kita bersembunyi di balik topeng yang dengan “mem-bully” orang lain. Jika kita berpikir dunia tidak mencintai kita, kita bisa bersembunyi di balik topeng “kemarahan”.

Kita juga menggunakan topeng saat kita berpura-pura bahwa situasi hidup kita baik-baik saja padahal kita tahu kenyataan sebenarnya. Betapa palsunya! Topeng apa yang sedang Anda kenakan?

Salah satu alasan mengapa kita menggunakan topeng adalah Imposter Syndrome yaitu rasa takut bahwa dunia akan mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Akibatnya kita merasa seperti seseorang yang palsu dan memiliki perasaan yang palsu.

Salah satu hal yang paling sering kita takutkan adalah apabila orang lain tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik topeng itu. Padahal sebenarnya menjadi diri sendiri adalah hal yang paling tepat untuk hidup kita. Kita perlu mengingat bahwa kita adalah manusia yang berharga sebagaimana kita diciptakan.

Karena itu, kinilah saatnya melepaskan topeng kepalsuan itu. Bagaimana caranya? Pertama, hiduplah dengan seluruh potensi kita. Banyak orang yang mungkin memiliki kemampuan yang sama dengan kita, bahkan lebih dari itu. Namun tidak semua orang memiliki kepribadian, kreativitas, dan semangat yang sama. Sayang sekali jika kita kehilangan potensi yang besar hanya karena kita menggunakan topeng.

Kedua, hiduplah dengan lega. Bukankah sangat lelah hidup dalam kepalsuan? Berapa topeng yang sudah kita kenakan? Cobalah untuk melepaskannya satu-persatu. Jangan sampai, saking seringnya menggunakan topeng kita melupakan diri kita yang sebenarnya.

Ketiga, lepaskan topeng agar kita mendapatkan pemulihan. Ketika kita menggunakan topeng, kita mengurung diri kita sendiri. Karena itu saatnya melepaskan diri dari belenggu yang kita ciptakan sendiri. Banyak hal yang akan kita lewatkan saat kita berusaha menyembunyikan diri dalam topeng.

Kita tidak tercipta dengan topeng-topeng itu. Kita sendiri lah yang memakainya, sehingga kita pula yang bisa melepasnya. Cobalah untuk melepaskannya dengan latihan sederhana. Misalnya, ketika menerima tanggapan negatif dari orang lain. Tanyakan pada diri sendiri, “Benarkah tanggapannya itu?”. Jika benar, kita tidak perlu berkecil hati, namun berusaha untuk berubah. Jika tidak benar, tentu tidak ada alasan untuk menjadi muram, bukan?

Jangan takut terhadap reaksi dunia ini. Jangan biarkan perkataan orang lain membuat kita berhenti menjadi diri sendiri. Beranikah Anda melepas topeng itu?

(psychologytoday.com)