Hanya Dapat 'Ampasnya' setelah Turut Sukseskan Selir Rendahan Jadi Kaisar Wanita Pertama China, Makam Ini Perlihatkan Tragisnya Kematian Sosok 'Tangan Kanan' Wu Zetian

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi. Wu Zetian yang menjadi Kaisar wanita pertama dan satu-satunya di Kekaisaran China.
Ilustrasi. Wu Zetian yang menjadi Kaisar wanita pertama dan satu-satunya di Kekaisaran China.

Intisari-Online.com - Wu Zetian merupakan salah satu sosok terkenal dari Kekaisaran China.

Ia dikenal sebagai kaisar wanita pertama China, dan juga satu-satunya dalam sejarah.

Wu Zetian memulai kehidupan istananya sebagai selir berstatus rendah dari Kaisar Gaozong (649-683).

Kemudian, ia berhasil menjadi permaisurinya dan sosok berpengaruh di dalam Kekaisaran China.

Setelah kematian kaisar, Wu Zetian menyatakan bahwa dia akan memerintah Tiongkok sebagai Janda Permaisuri dengan putranya, Kaisar Ruizong.

Kesuksesannya meraih posisi tertinggi di dalam Kekaisaran China tak lepas dari sosok-sosok yang ikut mendukungnya.

Salah satunya adalah Yan Shiwei, seorang pejabat militer yang digambarkan begitu setia pada kekaisaran tetapi berakhir dengan kematian yang tragis.

Kisahnya diceritakan dalam sebuah makam berusia 1.300 tahun yang ditemukan di kota Xi'an, Cina.

Baca Juga: KisahWu Zetian, Pelayan Rendahan yangJadi Satu-satunyaKaisar Wanita Pertama China,Berulang Kali Bunuh Anaknya Demi Kekuasaan, Intip Sederet Dosa Masa Lalunya

Baca Juga: Kecantikan Para Wanita Ini Konon Berhasil 'Hancurkan' Dinasti China, Salah Satunya Sampai Bikin Kaisar Nekat Tipu Rakyat Hanya Demi Melihatnya Tertawa

Melansir livescience.com, Makam itu menyimpan tulang belulang seorang pria yang membantu satu-satunya kaisar wanita China naik ke tampuk kekuasaan.

Batu nisan di makam menggambarkan bagaimana dia dan seluruh keluarganya dieksekusi.

Terletak di dalam gua, makam itu berisi sisa-sisa Yan Shiwei dan istrinya, Lady Pei. Para arkeolog juga menemukan patung-patung keramik berwarna-warni, cermin dengan plakat emas dan, yang paling penting, batu nisan tertulis di batu biru .

Makam dan batu nisan tersebut dijelaskan dalam jurnal Chinese Cultural Relics oleh para peneliti dari Institut Arkeologi dan Konservasi Warisan Budaya Kota Xi'an.

Tulisan di batu nisan mengatakan bahwa tak lama setelah pernyataan Wu Zetian sebagai penguasa Kekaisaran China, seorang adipati bernama Xu Jingye memimpin pemberontakan di Jiangdu (sekarang Yangzhou).

Saat itu, menurut tulisan di batu nisan tersebut, Yan Shiwei tengah menjabat sebagai pejabat militer di Jiangdu.

Sang duke, Jingye, mencoba membujuk Shiwei untuk bergabung dengan pemberontak, tetapi Shiwei menolak dan melawan sang duke.

"Tuan [Yan Shiwei] dengan sengaja mematahkan lengannya sendiri untuk melawan paksaan dari pemberontak, menunjukkan bahwa kesetiaannya kepada istana kekaisaran tidak tergoyahkan," tulis tulisan di batu nisan itu dalam terjemahannya.

Baca Juga: Mengapa Bangsa Indonesia Perlu Melakukan Proklamasi Kemerdekaannya? Ini Jawabannya

Baca Juga: Bak Diseret ke Lorong Waktu 1 Abad Silam, Terungkap Nasib AS Jika Sampai Gagal Cegah Invasi Rusia ke Ukraina, Hanya Butuh Satu Langkah Skakmat dari Negara Ini

Tidak diketahui mengapa Shiwei harus dengan sengaja mematahkan lengannya sendiri, ada pula kemungkinan bahwa itu hanya sebuah ungkapan.

Dalam konflik berikutnya, pasukan adipati dikalahkan dan Wu Zetian mengklaim kekuasaan sebagai Janda Permaisuri.

Yan Shiwei pun dipromosikan menjadi hakim Kabupaten Lanxi di Prefektur Wuzhou dan diberi gelar grand master untuk menutup pengadilan, menurut kata batu nisan itu.

Pada tahun 690, Wu Zetian mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar dengan haknya sendiri dan mendirikan dinastinya sendiri, yang ia sebut "Zhou".

Bahkan, saat kekuatan Wu Zetian meningkat, Yan Shiwei menjadi salah satu pejabat favoritnya. Ia menghadapi orang-orang yang menantang otoritas Wu Zetian.

Pada tahun 699, Yan Shiwei telah menjadi pejabat senior yang "ditempatkan di daerah ibu kota dan menguasai gunung dan sungai."

Tetapi, 'masa keemasan' Yan Shiwei tak berlangsung lama. Ia menghadapi berbagai tantangan untuk mempertahankan posisinya.

Batu nisan mengatakan bahwa pada satu titik Yan Shiwei didakwa menghadapi "keluarga kuat" di dekat ibu kota Luoyang. Teks-teks mengatakan bahwa kekacauan sipil sedang terjadi.

Kemudian sebuah tragedi menimpanya. Dijelaskan bahwa adiknya, Zhiwei, berbalik melawan kaisar wanita.

Baca Juga: Mumi ‘Putri Duyung’ Aneh nan Misterius yang Ditemukan di Sebuah Kuil di Jepang Akan Diselidiki, Selama Ratusan Tahun Dipuja dengan Harapan Berikan Keberuntungan, Kebahagiaan, dan Kesehatan

Tidak secara spesifik menjelaskan apa yang dilakukan Zhiwei, tetapi konsekuensi bagi Yan Shiwei dan keluarganya sangat parah.

"Karena bersalah oleh asosiasi atas kejahatan saudaranya Zhiwei, dia [Yan Shiwei] dieksekusi di bawah hukuman kolektif," kata batu nisan itu.

Seluruh keluarganya menderita hukuman kolektif, dan semua dieksekusi. Tapi tidak termasuk istri Yan Shiwei, karena ia meninggal beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 691.

Batu nisan tersebut menunjukkan bahwa pembunuhan tidak cukup sebagai hukuman atas pengkhianatan Yan Shiwei.

"Mayat dan jiwa dikubur sembarangan, dianggap tidak mungkin memindahkan mereka untuk penguburan yang layak."

Namun, tak lama setelah eksekusi keluarga Yan Shiwei, kaisar wanita Wu Zetian sendiri digulingkan dari kekuasaan yairu pada tahun 705.

Wu Zetian pun meninggal tak lama kemudian, mengakhiri dinasti "Zhou" yang berumur pendek.

Sementara Dinasti yang telah mendahuluinya, yang disebut "Tang", kembali berkuasa. Di masa pemerintahan Dinasti Tang ini, jenazah Yan Shiwei kembali digali untuk dimakamkan di tempat kelahirannya.

Itulah makam yang ditemukan para arkeolog. Makam tersebut digali pada tahun 2002.

Baca Juga: Terperosok Kontroversi, Kapal Selam yang Ditaksir Prabowo Ini Nyatanya Hampir Bikin Malaysia Nyaris 'Bangkrut' Akibat 'Skandal Korupsi', Hingga Terkait Kasus Pembunuhan

(*)

Artikel Terkait