Kisah ‘Ratu Gurun’ Gertrude Bell, Seorang Arkeolog dan Mata-mata, Perwira Intelijen Wanita Pertama Inggris, Jadi Penentu Jazirah Arab Setelah Perang Dunia I, Kematiannya Masih Jadi Misteri

K. Tatik Wardayati

Editor

Intisari-Online.comGertrude Bell kelahiran Inggris, sering disebut juga sebagai Lawrence wanita dari Arab, yang adalah seorang petualang, mata-mata, arkeolog, dan kekuatan politik.

Dia melakukan perjalanan ke gurun Arab yang belum dipetakan dan direktur oleh Intlijen Militer Inggris untuk membantu membentuk kembali Timur Tengah setelah Perang Dunia I.

Dia menggambar perbatasan Irak, membantu mengangkat raja pertamanya, dan mendirikan Museum Barang Antik Baghdad yang dijarah selama invasi Amerika 2003.

Sebagai seorang visioner sejati, dia menganjurkan pemerintahan Irak sendiri dan secara terbuka mengkritik kebijakan kolonial.

Gertrude Bell luar biasa berhasil, dia menjadi salah satu wanita paling kuat di Kerajaan Inggris pada awal abad kedua puluh, namun telah diabaikan sejarah.

Sebagai Perwira Intelijen Inggris wanita pertama dan penasihan urusan Arab untuk pemerintahan Inggris, Bell membantu membentuk peta geopolitik dunia yang berubah secara dramatis setelah Perang Dunia I.

Dia menjadi satu-satunya wanita dengan peran diplomatik pada Konferensi Perdamaian Paris pada tahun 1919 dan satu-satunya wanita yang diundang oleh Winston Churchill ke Konferensi Kairo pada tahun 1921.

Jarang sekali namanya atau pengakuan atas karyanya, masuk ke dalam budaya kontemporer.

Baca Juga: Agen Ganda Mata Hari Mungkin Dihukum Mati Sebagai Wanita Tidak Bersalah

Baca Juga: Berpakaian Bak Laki-laki, Inilah Kisah Yoshiko Kawashima ‘Mata Hari’ Timur Jauh, Putri China yang Jadi Mata-mata Jepang, Begini Akhir Kisah Hidupnya

Biografi terbaru tentang T.E. Lawrence tidak menyebut namanya sekali, bahkan dalam catatan kaki.

Mereka tidak hanya rekan dari hari-hari mereka sebagai arkeolog dan bekerja bersama di Biro Arab di Kairo, tetapi sebagai Jenderal Gilbert Clayton, dari Intelijen Militer Inggris, menyatakan, peta Hijaz menjadi ‘penggunaan sinyal’ dalam pemberontakan Arab yang terkenal.

Dalam sebuah film pemenang penghargaan Academy 1996, The English Patient, salah satu karakter berbicara tentang ‘Peta Bell’, merefensi pada Gertrude Bell dan petanya tentang daerah gurun yang terpencil dan belum dipetakan.

Gertrude Bell (1868-1926), adalah sebagian wanita Victoria dan sebagian modern, melansir amazingwomeninhistory.

Dia menjadi dewasa sebelum waktunya dari keluarga industrialis kaya dari Inggris utara, yang hidupnya adalah serangkaian ‘pengalaman pertama’, yaitu:

-Wanita pertama yang menerima penghargaan tertinggi dalam Sejarah Modern di Oxford.

-Orang pertama yang mendaki semua puncak pegunungan Engelhorner di Pegunungan Alpen Swiss, salah satunya dinamai menurut namanya, yaitu ‘Puncak Gertrude’.

-Wanita pertama yang melakukan perjalanan solo ke gurun Arab yang belum dipetakan, dia melakukan perjalanan dengan unta sejauh 1500 mil atau 2.414 km melintasi Arabia Tengah pada tahun 1914 dan menerima Medali Pertama emas dari Royal Geographic Society.

Baca Juga: 'Seandainya Saya Tidak Membantu, Mereka Pasti Tertembak' Kisah Heroik Edith Cavell, Perawat Inggris yang Dieksekusi Perwira Jerman Selama Perang Dunia I

Baca Juga: Kisah Mata-Mata Jerman, Berkunjung ke Indonesia Malah Kepincut Pesona PSK Indonesia, Sampai Nekat Selewengkan Uang Dinas Demi Foya-Foya, Endingnya Malah Terjerat Skandal

-Perwira Intelijen wanita pertama yang dipekerjakan oleh Militer Inggris.

Karena lembaga akademis tidak mendukung perempuan dalam arkeologi pada waktu itu, Bell harus mengatur dan membiayai ekspedisinya sendiri dan berkolaborasi dengan para profesional agar karyanya diakui.

Keahlian dan kecintaannya pada arkeologi membawanya menjadi juara bagi Irak, yang kemudian pada tahun 1925 dia menyusun undang-undang tentang Kepurbakalaan yang secara resmi menetapkan kendali Irak atas harta arkeologinya dan mendirikan Museum Baghdad.

Dia juga memperjuangkan pendidikan untuk gadis-gadis Muslim, membantu membangun salah satu sistem pendidikan paling progresif di Timur Tengah.

Tentang Gertrude Bell, arkeolog terkenal Max Mallowan mengatakan, “tidak ada harimau betina yang bisa melindungi hak-hak Irak dengan lebih baik.”

Gertrude Bell tinggal di Baghdad dan melayani pemerintahan Inggris dan sebagai Direktur Kehormatan Museum Baghdad sampai kematiannya pada tahun 1926 pada usia 57 karena overdosis pil tidur.

Namun, kematiannya tetap menjadi misteri, apakah disengaja atau tidak.

Baca Juga: Gunakan Wanita Cantik Untuk Tiduri Politisi Inggris, Terkuak Intrik Mata-Mata China Halalkan Segala Cara Termasuk Uang dan Wanita Cuma Demi Mencapai Tujuan Ini

Baca Juga: Pengorbanan Terakhir Seorang Ibu yang Penuh Kasih, Inilah Kisah Ethel Rosenberg, Anggota Partai Komunis AS yang Dihukum Mati Karena Tugas Spionasenya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait